Semarang, Idola 92.6 FM – Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia tahun 2016 Prof Ravik Karsidi menilai wacana pemerintah untuk mengimpor rektor asing ini perlu dikaji terlebih dahulu. Menurutnya, jika perlu para rektor bisa diajak bermusyawarah.
Secara regulasi, Undang-Undang Nomor 12 tahun 12 tentang Perguruan tinggi telah dijelaskan salah satu tujuan perguruan tinggi yakni kebudayaan, artinya kampus sebagai pusat kebudayaan.
“Bagi saya, kalau boleh usul agar dikaji terlebih dahulu. Kemajuan dari sebuah Perguruan Tinggi adalah manajemen bukan karena rektornya saja,” papar Ravik dalam Panggung Civil Society radio Idola, Rabu (8/6).
Prof Ravik mencontohkan tentang Kings Saud University yang memang lebih berkembang setelah dipegang oleh rektor asing. Namun hal itu bukan faktor utama, sebab juga ditunjang faktor-faktor lain seperti dana riset dan dosen.
Dia mengungkapkan, kriteria perguruan tinggi terkemuka ditentukan banyak hal. Diantaranya kualitas riset, produk-produk pengajarannya, hasil teknologi dan science, dan lain sebagainya. Penilaian juga tergantung kriteria yang dipakai sebagai parameter World Class University.
“Banyak faktor pendukung perguruan tinggi seperti hasil risetnya, sains dari riset kemudian publikasinya,” pungkas dia.
Menurut Prof Ravik, salah satu akar persoalan yang menyebabkan perguruan tinggi kualitasnya jeblok dan tidak masuk dalam 500 besar perguruan tinggi adalah faktor dosen. Masih banyak sekian perguruan tinggi, lanjut dia, yang dosennya belum berjenjang pendidikan S2, padahal di luar negeri rata-rata sudah S3 atau doktor.
Sementara itu, Dosen Nagoya University Prof Andy Bangkit menyatakan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi bukan dengan rektor. Akan tetapi dengan meningkatkan kualitas dosennya karena rektor hanya memiliki fungsi manajerial dan koordinatif.
“Meningkatkan kualitas perguruan tinggi adalah dosennya, sedangkan rector itu hanya sampai manajerialnya,” katanya.
Dia mencontohkan di Jepang, tugas rektor hanya mencari dana untuk dibuat program yang bisa dijadikan program plus riset bagi mahasiswa. Proyek-proyek di luar yang ditawarkan pemerintah yang akan mengakses adalah rector. Rektor, tandas dia, memegang peran negosiator, hal ini juga yang dilakukan rektor asing di King Saud University.
“Seorang dosen disini mengatur budgetnya sendiri, rector itu mencarikan dananya. Jadi rektor itu manajerial kalau sedang keluar sebagai negosiator,” papar Andy. (Heri CS/Diaz Abidin)