Semarang, Idola 92.6 FM-Politik kekerabatan bukan hal baru dalam kancah politik di Tanah Air. Fenomena ini hadir bahkan sejak era kolonial. Isu nepotisme dan politik kekerabatan dalam beberapa waktu menjadi perbincangan publik.
Sejumlah kerabat pejabat, tokoh, dan petahana mencalonkan diri dalam Pilkada 2020. Anak Presiden, kerabat menteri, hingga istri bupati akan bertarung dalam kontestasi politik lokal.
Diketahui, beberapa kerabat tokoh politik nasional yang sudah mendapat lampu hijau pencalonan dari partai politik. Di antaranya, Gibran Rakabuming Raka (PDI-P) putra Presiden Joko Widodo sebagai bakal calon wali kota Solo; Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (Gerindra) keponakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebagai bakal calon wakil wali kota Tangerang Selatan; dan Siti Nur Azizah (Demokrat) putri Wakil Presiden Ma’ruf Amin sebagai bakal calon wali kota Tangsel.
Lantas, bagaimana mengurangi semangat nepotisme sebagian politisi kita? Bagaimana pula mendorong para pejabat menjadi peka dalam kaitannya dengan nepotisme dan politik kekerabatan?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Firman Noor (Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)) dan Hendri Satrio (Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina). (her)