Semarang, Idola 92,6 FM – Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Jawa Tengah harus bisa memanfaatkan penjualan secara online, untuk meningkatkan pendapatan mereka di tengan pendemic Virus Corona. Hal ini karena banyak masyarakat saat ini beralih ke marketplace seiring dengan himbauan pemerintah untuk melakukan social distancing.
Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Priyo Suyono mencatat, saat ini traffic untuk marketplace mengalami peningkatan antara 20-30 persen sejak pandemic Virus Corona melanda Indonesia. Beberapa yang meningkat diantaranya training online, learning online dan shopping online.
“Dengan peningkatan traffic, ini waktunya teman-teman UMKM untuk mengupdate kembali barang-barangnya yang selama ini hanya menjadi stock,” ungkapnya.
Menurut Priyo, saat ini UMKM memasuki masa dimana mereka harus bertahan di tengah lesunya ekonomi akibat pandemic Virus Corona. Namun demikian masih terdapat kesempatan untuk mengembangkan usaha mereka melalui marketing digital atau secara online.
“Saat ini memang teman-teman UMKM harus survive. Untuk itu harus mau tak mau harus bisa memanfaatkan digital marketing untuk meningkatkan penjualan mereka,” ujar Priyo.
Priyo menambahkan, UMKM juga harus mempersiapkan diri untuk menjalankan bisnis jika pandemik Corona berakhir. Dengan demikian mereka dapat langsung mengembangkan bisnis mereka tanpa harus menunggu waktu untuk perbaikan ekonomi global.
“UMKM mungkin saatnya memanfaatkan waktu untuk pengembangan SDM. Sehingga nanti setelah pandemik Corona berakhir, mereka akan langsung siap dengan sesuatu yang baru,” tegas priyo.
Memang perkembangan ekonomi digital di Indonesia sangat impresif. Laporan East Ventures Digital Competitiveness Index (EVDCI) menyebutkan bahwa Nilai pasar ekonomi digital Indonesia telah menembus US$40 miliar pada 2019 dan diproyeksikan mencapai US$133 miliar pada 2025.
Laporan EV-DCI menunjukkan bahwa ekonomi digital yang saat ini tumbuh pesat, hanyalah sebagian kecil dari potensi Indonesia. Namun pertumbuhan bakal makin melesat jika Indonesia bisa menanggulangi beberapa kendala yang dihadapi seperti keterbatasan talenta digital, pelaku usaha yang enggan menggunakan produk digital, hingga akses atas layanan finansial yang rendah.
Dari data yang disajikan oleh EVDCI, para pemangku kepentingan dan sektor publik dan sektor swasta bisa saling membandingkan tingkat pemanfaatan teknologi digital di wilayah masing-masing.
Misalnya, bagi pemimpin di tiap daerah, dengan memanfaatkan indeks tersebut dapat semakin terpacu untuk berlomba menciptakan ekosistem yang terbaik bagi perkembangan ekonomi digital, baik lewat pembangunan infrastruktur, pengembangan talenta, maupun regulasi yang tepat. Bagi para pemain besar di industri teknologi Indonesia, EV-DCI bisa menjadi panduan untuk melangkah lebih jauh dari kota-kota besar ke seluruh pelosok Tanah Air, untuk membantu lebih banyak bangsa Indonesia menikmati manfaat perekonomian digital. Untuk mereka yang akan atau baru merintis bisnis, EV-DCI adalah sebuah peta peluang. (tim/widi)