Semarang, Idola 92,6 FM – Inflasi Jawa Tengah pada Februari 2020 menembus angka 0,44 persen, dan penyumbang inflasi terbesar dari komoditas bawang putih. BPS Jateng mencatat, hal itu terjadi karena bawang putih masih impor dari luar negeri.
Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono mengatakan laju inflasi di provinsi ini, perlu diantisipasi dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Karena, tren inflasi pada Februari 2020 dipengaruhi dua aspek.
Sentot menjelaskan, aspek yang pertama adalah faktor musim hujan dan kemudian adanya wabah COVID-19. Khusus wabah virus itu, membuat pemerintah membatasi impor dari Tiongkok dan mengakibatkan pasokan impor bawang putih terganggu.
Menurutnya, karena impor bawang putih terganggu menjadikan komoditas itu menyumbang andil 0,13 persen.
“Penyumbang utama inflasi 0,44 persen itu disumbang dari makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,38 persen. Sementara yang lain, mungkin masih bisa dikendalikan. Kalau lihat komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah bawang putih, karena kita tahu dominasinya impor dari Cina,” kata Sentot, Selasa (3/3).
Lebih lanjut Sentot menjelaskan, pemicu laju inflasi selain bawang putih adalah kenaikan harga cabai merah, daging ayam ras dan tarif angkutan udara. Sementara, inflasi tertinggi terdapat di wilayah Purwokerto sebesar 0,58 persen dan Kota Tegal inflasinya hanya 0,38 persen.
Baca juga:
- BPS Belum Bisa Hitung Dampak COVID-19 Terhadap Kegiatan Ekspor-Impor di Jateng
- Dewan Minta Penegak Hukum Awasi Pemberian RIPH Bawang Putih Impor
- Dinperindag Jateng Sebut Stok Bawang Putih Masih Aman Sampai Akhir Bulan Ini
“Kalau untuk di Pulau Jawa, Kota Semarang inflasinya tertinggi dibanding ibukota lainnya. Yakni mencapai 0,43 persen, dan yang terendah adalah Kota Serang sebesar 0,17 persen,” jelasnya.
Sementara, lanjut Sentot, beberapa komoditas mampu mengerem laju inflasi di Jateng. Yakni turunnya harga bahan bakar minyak (BBM), cabai rawit, cumi-cumi, udang basah dan brokoli. (Bud)