Semarang, Idola 92.6 FM – Saat warga dunia bersama-sama melawan virus corona baru (Covid-19), ada virus lainnya yang harus dihadapi. Prasangka dan kebencian atas dasar perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan itu, kini juga menyebar bagaikan virus. Bukan hanya di Indonesia, virus intoleransi itu pun menjangkiti sejumlah negara maju.
Merujuk pada Kompas (19/02/2020), The Economist Intelligence Unit mengaitkan demokrasi dengan toleransi. Indeks demokrasi Indonesia tahun 2019, dari 165 negara yang dinilai, cenderung stagnan, dengan angka aspek kebebasan sipil 5,59 dalam skala 10. Kian besar nilainya, kian baik kondisinya. Kebebasan sipil terkait dengan toleransi, kebebasan beragama, serta diskriminasi berbasis agama dan rasial. Pew Research Centre menunjukkan pula, sejak tahun 2007 tingkat intoleransi di Indonesia juga cenderung naik. Indonesia rentan terhadap radikalisme.
Dalam Festival Toleransi Convey Day 2020 dengan tema “Be Inspiring, Be Tolerant” baru-baru ini di Jakarta, mengemuka; salah satu upaya menangkal virus prasangka dan kebencian adalah melalui dialog antarkelompok. Dialog antarkelompok yang beragam diyakini mampu mengikisnya. Ruang dialog semestinya dirintis secara berkelanjutan oleh keluarga dan sekolah.
Hal itu cukup beralasan, mengingat—yang membuat kita semakin prihatin—virus prasangka dan kebencian atas dasar perbedaan kini merambah dunia pendidikan di sekolah. Kasus bullying (perundungan) berdasar atas perbedaan berulang kali menghiasi media massa dengan pelaku sebagian masih pelajar. Di lembaga pendidikan, seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan prinsip penyelenggaraan pendidikan antara lain, demokratis, berkeadilan, serta tak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural, dan kemajemukan bangsa.
Terkait ancaman ini, tak berlebihan, jika Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta-Azyumardi Azra mengingatkan, kejahatan atas dasar kebencian bisa membuat Indonesia ter-disintegrasi dan berkeping-keping.
Lantas, bagaimana menangkal prasangka dan kebencian, yang kini menyebar bagai virus? Upaya jangka pendek dan menengah seperti apa yang mesti dilakukan? Jika dialog antarkelompok menjadi salah satu solusi—bagaimana menghadirkannya di ruang keluarga, masyarakat, dan sekolah?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: DR. H. M. Mukhsin Jamil M.Ag (Wakil Rektor UIN Walisongo Semarang), dan Romo Benny Susetyo (rohaniwan, anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)). (Heri CS)
Berikut diskusinya:
Listen to 2020-02-21 Topik Idola – DR. HM Mukhsin Jamil – Bagaimana Menangkal Prasangka dan Kebencian, yang Kini Menyebar dan Mematikan Bagai Virus? byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2020-02-21 Topik Idola – DR. HM Mukhsin Jamil – Bagaimana Menangkal Prasangka dan Kebencian, yang Kini Menyebar dan Mematikan Bagai Virus? byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2020-02-21 Topik Idola – Romo Benny Susetyo – Bagaimana Menangkal Prasangka dan Kebencian, yang Kini Menyebar dan Mematikan Bagai Virus? byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2020-02-21 Topik Idola – Romo Benny Susetyo – Bagaimana Menangkal Prasangka dan Kebencian, yang Kini Menyebar dan Mematikan Bagai Virus? byRadio Idola Semarang on hearthis.at