Masuk Musim Hujan Ekstrem, Sebabkan Produksi Ikan di Jateng Menurun

Fendiawan Tiskiantoro
Fendiawan Tiskiantoro, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng.

Semarang, Idola 92,6 FM – Jawa Tengah menjadi satu di antara sejumlah wilayah di Indonesia, yang cukup banyak produksi tangkapan ikan. Namun, kondisi ini berbalik arah ketika memasuki musim cuaca ekstrem dan mengakibatkan penurunan produksi ikan tangkapan dari nelayan Jateng.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng Fendiawan Tiskiantoro mengatakan produksi perikanan tangkap di provinsi ini mengalami penurunan, seiring dengan cuaca ekstrem yang terhadi. Bahkan, cuaca yang tidak bersahabat itu membuat nelayan Jateng enggan melaut sementara waktu.

Fendiawan menjelaskan, produksi ikan tangkapan nelayan pada Januari 2020 ini mengalami penurunan. Hingga akhir bulan ini saja, diprediksi tidak akan bisa mengejar perolehan pada 2019 kemarin.

Menurutnya, di periode Januari-Maret memang biasanya terjadi penurunan produksi ikan tangkapan dari nelayan.

“Musim hujan, ikan relatif sedikit. Karena juga musim hujan, dan gelombang tinggi. Kalau sekarang di atas 1,25 meter, tapi di tengah laut bisa sampai 2-2,5 meter. Produksi saya di 2020 tidak sebanyak di 2019, karena di awal tahun saja jumlah tangkapannya sedikit. Kalau saya komparasi Januari 2019, itu kurang lebih 5.800 ton dan sekarang ini Januari 2020 baru 2.500 ton,” kata Fendiawan belum lama ini.

Lebih lanjut Fendiawan menjelaskan, biasanya produksi ikan tangkapan nelayan membaik di peridoe April-Juni. Oleh karena, agar ekonomi nelayan membaik pihaknya memberikan pelatihan dan usaha sampingan bagi istri nelayan.

“Kita beri pelatihan membuat bioflok atau pembuatan kolam ikan dengan terpal, dan juga produksi abon ikan. Itu untuk istrinya, kalau yang nelayan kita beri keterampilan budi daya lele atau kerang. Jadi, ketika musim tidak bersahabat datang, mereka bisa memanfaatkannya untuk mendapatkan uang tambahan,” jelasnya.

Fendiawan juga menyebut, jika pemprov juga memberikan asuransi bagi nelayan yang mengalami kecelakaan di laut. Program ini telah dijalankan sejak 2019, dan menyasar 10 ribu nelayan.

“Dari jumlah itu, sayangnya baru 10 persen saja yang ikut asuransi. Kami akan berupaya meningkatkan kepesertaan nelayan, untuk ikut program asuransi,” pungkasnya. (Bud)

Ikuti Kami di Google News