Semarang, Idola 92,6 FM – Jawa Tengah menjadi salah satu daerah di Indonesia yang belum sepenuhnya bebas dari penyakit Anthraks. Sebab, Jateng memiliki populasi hewan ternak yang tidak sedikit jumlahnya dan tersebar di sejumlah daerah.
Kepala Dinkes Jateng Yulianto Prabowo mengatakan Anthraks merupakan zoonosis, yaitu penularan penyakit dari binatang kepada manusia. Penularan Anthraks bisa melalui beberapa cara di antaranya bisa melalui kontak kulit, pencernaan atau pernafasan.
Yulianto menjelaskan, penularan Anthraks tergantung dari masuk dan menginfeksi bagian tubuh manusia yang mana. Sehingga, bakteri Bacillus Anthracis akan masuk lewat perantara dari bagian tubuh manusia yang menyentuh hewan ternak positif terkena Anthraks.
Menurutnya, masyarakat harus harus ekstra waspada dengan adanya hewan ternak yang terinfeksi Anthraks.
“Anthrax itu dari sapi atau kambing, yang biasanya dikonsumsi manusia. Kalau dikonsumsi manusia, kuman Anthraxnya itu bisa menyerang saluran pencernaan. Tapi kalau kontak langsung dengan kulit, ya jadi Anthrax kulit. Biasanya bisa berujung pada kematian, dan banyak kasus kematian karena Anthrax. Di Jawa Tengah juga pernah ada kasusnya, dan secara geografis memang Jawa Tengah itu masih endemis dan belum bebas. Karena, itu terkait dengan populasi hewan ternak,” kata Yulianto, Senin (20/1).
Yulianto lebih lanjut menjelaskan, apabila ada hewan ternak dari daerah endemis Anthrax masuk ke Jateng harus diantisipasi. Terutama, di pos-pos pemeriksaan hewan harus dilakukan pemantauan secara ketat. Selain itu, kesehatan hewan ternak yang masuk harus dijaga dan diawasi.
“Pemeriksaan hewan yang disembelih harus ketat. Kalau terindikasi ada hewan ternak positif Anthrax jangan disembelih, langsung dimusnahkan,” pungkasnya. (Bud)