Kendal, Idola 92.6 FM – Tari Cenderawasih dan Kuda Lumping Wahyu Turonggo Laras turut memeriahkan Festival Budaya Tradisi 2019 Kabupaten Kendal, Sabtu (14/09/2019). Acara yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal ini sebagai upaya melestarikan seni tradisi.
Tari Cenderawasih diperagakan dengan luwes oleh penari Ayudya Cahya Pratiwi, 15 tahun, di sela-sela kreasi Kuda Lumping Wahyu Turonggo Laras. Penampilan Ayu—yang juga anggota Kuda Lumping Turonggo Kiskendo Putro asal Dusun Brayo Timur Desa Kertosari Kec Singorojo ini, mampu menghipnotis ratusan warga dari berbagai kalangan. Tepuk sorai pun membahana saat gadis kelahiran, Kendal, 4 Maret 2004 itu mengakhiri tariannya.
Pimpinan Kuda Lumping Wahyu Turonggo Laras, Juniman, menyampaikan, dalam festival budaya ini, pihaknya menampilkan 4 kali pertunjukan mulai Sabtu sore hingga Minggu dinihari (14-15/09/2019). Di antaranya, warokan, samiran, kreasi massal, dan barongan bersama topeng. Untuk menyemarakkan acara pihaknya juga mengajak beberapa seniman untuk turut berkolaborasi.
Para seniman yang turut serta juga berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari anak-anak, pelajar, petani, karyawan swasta, hingga buruh pabrik. “Seni bisa mengguyubkan semua kalangan. Ini menjadi sarana melestarikan seni tradisi. Harapannya anak-anak menyukai seni agar tak semakin ditinggalkan,” tutur Juniman yang juga pegiat Komunitas Rucah Meteseh (Krumes).
Menurut perwakilan Dewan Kesenian Kabupaten Kendal Komisariat Kecamatan Boja, Waliyadi, seni tradisi patut terus dilestarikan. “Ini sebagai upaya nguri-uri budaya dan seni tradisi,” kata Waliyadi dalam sambutannya di sela-sela acara yang diselenggarakan di Dusun Slamet, Meteseh, Boja Kendal. Waliyadi hadir mewakili Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal selaku penyelenggara utama.
Menurut Waliyadi, upaya melestarikan seni tradisi ini penting dilakukan di tengah gempuran gerusan arus global dan era digital pada abad ke-21 ini. “Ini seni adiluhung warisan pendahulu kita yang harus dirawat dan dilestarikan. Jika tidak, nanti bisa diaku-aku miliki negara lain. Kuda Lumping dulu juga sempat diaku milik Malaysia,” tutur salah satu pejabat di Kecamatan Boja ini.
Sementara itu, pegiat Kuda Lumping Turonggo Kiskendo Putro, Dwi Supriono menyatakan, tumpek blek-nya warga dalam setiap pertunjukan kuda lumping membuktikan bahwa masyarakat sejatinya haus akan hiburan dan seni tradisi. Ia juga mengapresiasi masyarakat.
“Bukan hanya seniman tradisi yang masih amat setia menjaga “marwah” keseniannya, melainkan juga apresiasi masyarakat yang luar biasa. Setiap kali ada pentas seni rakyat, masyarakat tak pernah ketinggalan untuk memadati arena pentas,” tutur karyawan PTPN IX Kebun Merbuh ini.
Dwi berharap, acara semacam ini, bisa lebih sering digelar. Ini akan memantik rasa cinta generasi muda pada seni tradisi. “Harapannya, generasi muda dan warga peduli kemudian terlibat langsung melestarikannya,” tandasnya. Dwi juga menginformasikan ke publik kelompok kuda lumpingnya akan pentas di Jeruk Giling, Kendal dalam acara Merti Desa (28 September) dan di Dusun Slamet Meteseh (12 Oktober). (her)