Semarang, Idola 92.6 FM – Memasukkan paham radikalisme, paling mudah melalui sistem pendidikan. Hal itu dibenarkan pakar psikologi dari Undip, Hastaning Sakti.
Menurutnya, penyebaran paham radikalisme melalui dunia pendidikan memang menjadi sarana paling mudah.
Hastaning menjelaskan, para pelaku atau jaringan paham radikalisme dengan mudah menyampaikannya lewat pelajaran di sekolah atau pendidikan formal lainnya. Sebab, para peserta didik lebih mudah menerima apapun yang diberikan dari para pendidik atau gurunya.
“Karena dunia pendidikan adalah dunianya anak-anak, untuk menanamkan sebuah konsep. Konsep yang mereka pakai adalah konsep yang sesuai dengan perkembangan anak. Yaitu konsep yang konkret. Maka, pendidikanlah yang mudah untuk menjadi contoh dan alat untuk memasukkan,” kata Hastaning, Selasa (17/9).
Lebih lanjut Hastaning menjelaskan, ada banyak faktor yang kemudian membuat paham radikalisme itu mudah diterima dari disebarkan lewat pelajaran. Salah satunya, karena sudah luntur pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang menjadi warisan nenek moyang.
“Biasanya, paling mudah anak-anak ini gampang dipengaruhi dan ditanamkan paham itu. Secara psikologis, anak-anak mudah menerima apa saja yang diberikan gurunya,” jelasnya.
Terpisah, pengamat radikalisme dan terorisme dari Tatasan Prasasti Perdamaian, Tayyip Malik menyatakan, dunia pendidikan memang menjadi sasaran dari jaringan paham radikalisme. Mulai dari pelajaran di kelas, hingga kegiatan ekstrakulikuler.
“Selain guru, penyebaran paham radikalisme juga marak melalui kurikulum. Kami juga pernah menemukan buku-buku ajar, yang isinya ternyata doktrin tentang radikalisme,” ujarnya.
Oleh karena itu, Tayyip mendukung upaya dari Pemprov Jateng untuk memberi sanksi tegas terhadap tenaga pendidikan yang terbukti terlibat dan menyebarkan ajaran radikalisme. (Bud)