Kendal, Idola 92.6 FM – Memancing bagi mereka yang tak hobi, menjadi gawe yang membosankan dan menjemukan. Mancing iwak, hanya buang waktu dan hasilnya pun tak seberapa. Apalagi, mung mancing ning kali — paling banter yang didapat hanya ikan wader, sepat, atau yuyu.
Namun, tunggu dulu, berbeda dengan para pemancing mania yang tergabung dalam Strex Community Dukuh Slamet dan Komunitas Rucah Meteseh (Krumes). Bagi mereka, mancing adalah kehormatan dan kemuliaan.
Pada Minggu (01/09/2019) lalu, Strex Community Dukuh Slamet Meteseh Boja Kendal, menggelar kegiatan Mancing Bareng di Kali Ulo–sungai yang melintasi wilayah Kecamatan Singorojo dan Boja. “Ini digelar sebagai kampanye pada masyarakat untuk mencintai dan menjaga lingkungan,”ujar Koordinator Strex Community Slamet Suraeman di sela acara.
Melalui kegiatan ini, Suraeman berharap, masyarakat memiliki kesadaran bersama untuk menjaga lingkungan termasuk lingkungan sungai. Sungai bukan tempat sampah. “Sungai ini salah satu sumber kehidupan, maka harus dijaga bersama,” tuturnya.
Dalam acara ini, Strex Community menebar sekitar 68 kilo gram ikan lele. Dana untuk membeli didapat dari iuran sukarela peserta mancing minimal Rp10 ribu per orang. Total dana yang terkumpul mencapai Rp981.000,-. Tercatat ada 60-an peserta yang berasal dari Dukuh Slamet, dan beberapa daerah sekitar di Desa Meteseh. “Setelah ikan disebar, peserta bebas memancing sepuasnya dan sedapatnya,” tuturnya.
Untuk lebih menarik peserta, panitia juga memberikan bonus hadiah bagi peserta yang berhasil memancing ikan lele yang di ekornya sudah diberi pita oleh panitia.
Strex Community merupakan komunitas yang mewadahi pemancing mania dari banyak kalangan. Mulai pelajar, karyawan, wiraswasta, hingga buruh pabrik. Berdiri sejak tahun Juni 2017, Strex Community Dukuh Slamet telah memiliki 16 anggota. “Guyub bareng dan melakukan aksi yang positif menjadi tujuan kami,” ujarnya.
Sumarju, salah satu peserta mengaku senang mengikuti kegiatan ini. Ia tak perlu jauh-jauh mancing hingga ke pesisir laut Ngebum, Kaliwungu. Lazimnya, setiap Minggu pagi hingga petang, ia dan kawan-kawan komunitas mancing bareng di lokasi tambak. Bedanya, jika saat mancing di tambak dapatnya ikan belanak, kali ini lele.
“Lumayan, mas, selain hiburan juga bisa menambah lauk bergizi bagi keluarga,” ujar bapak satu anak ini. Saat mengikuti kegiatan mancing, ia sudah mendapat sedikitnya 10 ikan lele.
Senada, Muhammad Suyanto, 31 tahun, mengatakan, mancing tak semata mencari ikan. Lebih dari itu, melalui aktivitas mancing bisa belajar banyak hal. Mulai dari kegotongroyongan, menyalurkan stres persoalan sehari-hari, hingga bisa srawung dengan teman-teman.
“Melalui mancing juga semakin menambah rasa syukur. Yang diberi oleh tuhan itu bagi manusia itu begitu melimpah. Dengan mancing kita diajarkan untuk bersabar dan tidak serakah,” tutur karyawan di PTPN IX ini.
Darurat Sampah Plastik
Sementara itu, pada hari yang sama, Krumes menggelar aksi tebar benih ikan dan mancing bareng. Acara digelar di Kali Blorong tepatnya di Dung Kele, Ngadibolo, Boja. Ada 6 ribu benih ikan yang disebar yang terdiri dari 4 jenis ikan, yakni: kalper, nila, melem/wader ijo, dan lele.
“Ini sebagai bentuk kepedulian anggota pada lingkungan. Mancing itu asyik. Mancing itu juga salah satu upaya mencintai lingkungan dan ekosistem sungai. Sungai ini mesti dijaga bersama. Hindari mencari ikan memakai setrum atau jenu (racun),” kata Juniman, salah satu pengurus Krumes Meteseh. Krumes Meteseh memiliki anggota sejumlah 150 orang. Mereka terdiri dari beragam profesi dan pekerjaan.
Selain itu, Juniman menambahkan, yang tak kalah penting pihaknya terus mengkampanyekan, stop buang sampah di sungai, mulai kurangi tas kresek atau plastik sekali pakai sebab sungai dan laut sudah tercemari sampah plastik. Padahal, sampah plastik ini tak bisa terurai. Kalaupun terurai, perlu waktu ratusan tahun.
“Plastik juga mengancam ikan-ikan dan ekosistem di laut. Bisa dikatakan saat ini, kita darurat sampah plastik. Mari bergerak bersama perangi sampah plastik,”tandasnya. (Heri CS)