Semarang, Idola 92.6 FM-Pada tahun depan, setiap desa akan dianggarkan dana sebesar Rp100 juta sebagai stimulus pengembangan desa wisata. Jika sudah mampu menggarap desa wisata dan potensial menyedot wisatawan, maka dananya akan ditingkatkan menjadi Rp1 miliar tiap desa.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan stimulus anggaran yang diberikan itu, diharapkan bisa mendorong para pengelola desa wisata lebih kreatif lagi. Pernyataan itu dikatakannya saat membuka Gelar Desa Wisata di Lapangan Garnisun Kalisari, Sabtu (20/7).
Menurutnya, melalui stimulus anggaran itu juga akan menuntut pengelola desa wisata intensif menggarap dan menjual secara perspektif dari sisi potensi yang ada.
Ganjar menjelaskan, para pengelola desa wisata dan pemerintah desa juga harus siap menerima kritikan dari masyarakat melalui media sosial (medsos) jika pengelolaan desa wisata belum memuaskan pengunjung. Sehingga, setiap masukan dan kritikan lewat medsos itu bisa menjadi pemicu untuk lebih berkreasi lagi.
“Maka sebenarnya desa dan kabupaten yang kita harapkan bisa, maka saya minta kontrolnya dari sisi pengelolaan menggunakan mekanisme pemerintahan. Tapi kalau kita bicara dari pasar dan sebagainya, saya bilang pakai medsos saja biar semua orang bisa lihat dan ngerti akan seperti apa yang terjadi. Masyarakat yang kita suruh menilai,” kata Ganjar.
Lebih lanjut Ganjar menjelaskan, setiap desa wisata juga bisa mengembangkan potensi lainnya tidak hanya lokasinya. Misalnya memerkaya atraksi budaya dan kulinernya, sehingga pengunjung semakin betah dan jumlah kunjungan wisatawan juga semakin banyak.
“Desa wisata yang muncul bagus harus dikontrol bagaimana melayani tamu dan bagaimana harga tidak ngepruk. Atraksinya juga bagaimana, ini yang harus diperhatikan,” jelasnya.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Jateng Sinoeng Rachmadi menyatakan, Gelar Desa Wisata ini diharapkan bisa memantik semangat pengembangan desa wisata baru di provinsi ini. Sehingga, di setiap kabupaten/kota di Jateng terus muncul desa wisata yang baru.
“Kalau sudah tumbuh desa wisata baru, maka pembicaraan selanjutnya adalah kualitas. Kualitas itu bentuknya pelayanan bagaimana mengemas desa wisata itu diterima masyarakat,” ujar Sinoeng. (Bud)