Semarang, Idola 92.6 FM – Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Jawa Tengah Eko Yunanto mengatakan di provinsi ini, ada beberapa daerah yang langganan kekeringan setiap memasuki musim kemarau. Di antaranya Kabupaten Wonogiri, Rembang dan Grobogan.
Menurutnya, rerata curah hujan di wilayah Jateng tidak lebih dari 70 milimeter. Kecuali daerah Baturaden di Banyumas, yang paling tinggi curah hujannya.
Yunanto menjelaskan, karena curah hujan yang tidak sama di sejumlah wilayah di Jateng itu menyebabkan ketidakseimbangan tampungan air di saat musim kemarau. Ditambah lagi, beberapa tahun ke belakang juga sedang terjadi perubahan iklim secara global.
“Curah hujan kita paling tinggi adalah di sekitar Baturaden. Jadi, karakteristiknya kalau hujan lebih duluan sana dan kalau tidak hujan juga terakhir di sana. Kalau yang kurang beruntung ada di wilayah timur itu di Kabupaten Grobogan, Rembang dan Blora. Daerah itu memang hujan tahunannya relatif kecil dibanding lainnya. Variasinya adalah 750 milimeter sampai 2.500 milimeter per tahun,” kata Yunanto di sela diskusi mengenai “Ayo Panen Air” di Hotel Noormans Semarang, Rabu (17/7).
Yunanto lebih lanjut menjelaskan, dengan curah hujan yang tidak merata di 35 kabupaten/kota di Jateng, maka perlu adanya upaya penanggulangannya. Terutama, untuk mengatasi kekeringan di masa kemarau.
Menurutnya, upaya pembuatan embung dan waduk di wilayah Jateng sudah dilakukan untuk menangkap dan menampung air hujan.
“Ada beberapa waduk yang sudah selesai dibuat tahun kemarin, misal Logung di Kudus. Tahun ini yang on progress ada di Karanganyar. Waduk dalam skala besar dan embung dalam skala kecil ini diperlukan, untuk menampung air hujan dan bisa digunakan di musim kemarau,” pungkasnya. (Bud)