Semarang, Idola 92.6 FM – Penularan penyakit HIV/AIDS sebenarnya sudah bisa dibaca, yaitu dengan perilaku berisiko. Misalnya perilaku seks tidak aman, dan penggunaan jarum suntik bergantian. Oleh karena itu, masyarakat perlu diedukasi dan disosialisasi bagaimana upaya Dinas Kesehatan Jawa Tengah untuk mengeliminasi kasus HIV/AIDS di provinsi ini.
Kepala Dinkes Jateng Yulianto Prabowo mengatakan HIV merupakan virus yang menginfeksi manusia, dan akan menyebabkan penurunan kekebalan tubuh. Virus itu tidak menular melalui udara atau bersentuhan tangan, namun melalui media lain.
Menurutnya, Dinkes Jateng berupaya semaksimal mungkin menurunkan angka kesakitan dan kematian serendah mungkin dari kasus HIV/AIDS di provinsi ini.
Yulianto menjelaskan, eliminasi kasus HIV/AIDS di Jateng ditargetkan bisa tercapai pada 2030 mendatang. Upayanya, dengan menemukan semua penderita HIV/AIDS dan kemudian dilakukan terapi sesuai prosedur, sehingga tidak ada lagi kasus baru.
Namun, lanjut Yulianto, upaya eliminasi kasus HIV/AIDS bukan perkara mudah karena menyangkut perilaku masyarakat yang berisiko tertular.
“Jadi, intinya kita temukan penderita HIV/AIDS sebanyak-banyaknya dan diobati sampai sembuh. Kemudian upayakan ABCD, yaitu Abstinence (puasa seks), Be Faithful (setia), Condom (gunakan kondom bagi pasutri yang terdiagnosis positif HIV) dan Drugs (jauhi narkoba). Ini para remaja harus paham mengenai upaya ABCD. Bagaimana supaya tidak tertular, karena masih banyak remaja yang belum semua paham dan tahu sosialisasi edukasi HIV/AIDS,” kata Yulianto, belum lama ini.
Yulianto lebih lanjut menjelaskan, untuk mengupayakan eliminasi kasus HIV/AIDS di Jateng, pihaknya menggelar pelatihan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) bagi petugas puskesmas dan rumah sakit. Para petugas itu, nantinya dituntut untuk mencapai target three zeros. Yakni zero new infection, zero death relate to AIDS dan zero stigma and discrimination.
“Jadi, petugas di lapangan ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan pelayanan perawatan dan pengobatan kepada pasien HIV/AIDS. Itu disesuaikan dengan jenjang layanan kesehatan di puskesmas atau rumah sakit,” tandasnya. (Bud)