Urgensi Keberadaan Inkubator Bisnis serta Kewirausahaan di Perguruan Tinggi dan World Class University bagi Kota dan Negara

Semarang, Idola 92.6 FM – Kemajuan peradaban sebuah kota besar atau negara maju tak bisa dilepaskan dari keberadaan perguruan tinggi yang berkelas dunia. World Class University akan mampu mendorong sebuah negara melesat di bidang inovasi dan menunjang pertumbuhan ekonominya.

Parag Khanna dalam bukunya, Connectography, memprediksi, hingga tahun 2030 akan ada 50 megacities. Keberadaan megacity dengan ukuran ekonomi yang besar itu ternyata ditunjang dengan banyaknya universitas berkelas dunia. Ia mencontohkan, di California (klaster San Francisco-Los Angeles), terdapat 11 universitas top 100 dunia, misalnya Stanford, UC Berkeley, atau UCLA. Klaster Boston-New York-Pennsylvania menjadi rumah dari 10 universitas top 100 dunia seperti Harvard, MIT, Princeton, dan lainnya. London sebagai sebuah megacity juga didukung oleh 6 universitas top 50 dunia.

Lalu, bagaimana dengan Asia? Singapura hanya menyumbangkan 2 universitas kelas dunia, namun keduanya di top 20 dunia. Apakah kebetulan sebuah megacity menjadi rumah banyak universitas kelas dunia? Megacity dapat berkembang tentunya membutuhkan pasokan creative class yang kontinu dan menjadi tempat mereka untuk berinteraksi menghasilkan produk-produk baik barang dan jasa yang inovatif. Pasokan dan lingkungan yang bisa memfasilitasi hal tersebut tentunya adalah universitas-universitas kelas dunia.

Ketersediaan referensi yang up to date, profesor kelas dunia yang tidak hanya memedulikan rigor dari karya ilmiah yang dihasilkan namun relevansi bagi masyarakat, dan budaya akademis untuk bertukar pendapat guna menemukan solusi yang terbaik. Namun, komponen terpentingnya adalah kemampuan universitas kelas dunia menarik the best talents, baik level nasional dan global, untuk menimba ilmu dan berkarya di sana. Yang terakhir adalah kekinian dari teknologi–minimal dari kecepatan akses internet yang ada di sebuah megacity. Florida menyatakan bahwa talent, tolerance, dan technology merupakan prasyarat creative class merasa nyaman untuk tinggal dan berkarya di sebuah megacity. Ketiganya disediakan oleh universitas kelas dunia.

Nah, kita di Indonesia—tentunya tak perlu berkecil hati—meskipun beberapa perguruan tinggi terkemuka belum ada yang masuk dalam jajaran top world class university namun bukan berarti kita pesimistis. Terkait ini, sejumlah universitas saat ini terus berbenah dan melakukan inovasi agar keberadaannya relevan dengan kebutuhan. Salah satu upaya yang dilakukan itu yakni mendorong keberadaan inkubator bisnis dan kewirausahaan di perguruan tinggi. Hal itu agar kerja sama dengan dunia usaha dan industry semakin erat.

Lantas, di era revolusi industri 4.0 saat ini, seberapa urgen keberadaan inkubator bisnis dan kewirausahaan di perguruan tinggi? Bagaimana pula mendorongnya? Lalu, bagaimana mestinya orientasi pendidikan ekonomi kita ke depan di tengah revolusi industry 4.0 saat ini?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof. Ari Kuncoro (dekan FEB Universitas Indonesia) dan Dr. Ninok Leksono, M.A (rektor Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Tangerang. (Heri CS)

Berikut diskusinya:

Ikuti Kami di Google News