Semarang, Idola 92.6 FM – Project Director PP Properti Siswadi Djamaludin mengatakan harga rumah terus mengalami kenaikan, dan membuat masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) susah untuk menjangkaunya. Pada tahun kemarin, harga rumah subsidi sebesar Rp130 juta per unit dan tahun ini naik menjadi Rp137 juta per unitnya.
Siswadi menjelaskan, meski permintaan rumah MBR cukup besar, namun untuk di Kota Semarang pihaknya belum ada rencana untuk membuat rumah bersubsidi. Pihaknya masih berkonsentrasi membangun hunian vertikal atau apartemen, yang berada di wilayah selatan dan barat Kota Semarang.
Menurutnya, PP Properti belum menyasar segmen rumah subsidi di wilayah Semarang dan sekitarnya karena masih dalam kajian.
Segmen rumah bersubsidi yang dibangun PP Properti, jelas Siswadi, masih terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek dan Surabaya. Sebab, wilayah-wilayah tersebut paling banyak kawasan industri dan pekerjanya juga membutuhkan tempat tinggal yang dekat dengan industri.
“Kota Semarang ini sedang dalam proses, karena yang diutamakan adalah kota-kota besar. Misalkan di Jakarta, Surabaya dan Bogor serta diprioritaskan untuk MBR murni. Kalau Semarang nanti kita kaji dan koordinasi dengan Pemkot Semarang, kalau ada lahan yang bisa dikembangkan dan memang dibutuhkan. Karena biasanya, di daerah padat karya atau daerah industri,” kata Siswadi belum lama ini.
Sementara, Wakil Ketua Bidang Promosi, Humas dan Publikasi DPD Real Estat Indonesia (REI) Jawa Tengah Dibya Hidayat menjelaskan, harga tanah merupakan faktor penentu yang memengaruhi kenaikan harga rumah. Sehingga, untuk membangun rumah subsidi dengan harga Rp137 juta per unitnya, harga tanah maksimal Rp250 ribu per meter perseginya.
“Yang masih memungkinkan mengembangkan rumah subsidi itu di Kabupaten Demak, Kalau Kabupaten Semarang dan Kendal mungkin agak susah karena ada tol. Jadi, harga tanahnya ikut terpengaruh,” ujar Dibya. (Bud)