Semarang, Idola 92.6 FM – Masifnya informasi fitnah maupun ujaran kebencian dan hoax di media sosial (medsos), membuat masyarakat kesulitan membedakan antara informasi yang benar atau menyimpang. Sehingga, masyarakat mudah terprovokasi lewat medsos dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Koordinator Wartawan Semarang AntiHoax Agus Hermanto mengatakan para jurnalis yang ada di Kota Semarang, berkomitmen mengkampanyekan gerakan anti-berita hoax dan ujungnya memecah belah persatuan bangsa. Para jurnalis dari sejumlah aliansi media di Semarang bersepakat, untuk menangkal dan melawan masifnya informasi hoax yang menyebar di medsos.
Menurutnya, sesuai dengan peran para jurnalis mewartakan berita-berita kebenaran, diharapkan bisa menjadi filter dari munculnya informasi hoax.
Agus yang juga jurnalis televisi nasional itu menjelaskan, para jurnalis dituntut bisa berperan aktif menangkal berita hoax dimulai dari level lingkungan terdekat. Mulai dari keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya. Sebab, tidak jarang grup aplikasi Whatsapp keluarga dan grup warga kampung menjadi sarana dalam penyebaran konten hoax.
“Peran media adalah tidak henti-hentinya dan lelahnya untuk mengajak masyarakat, agar hati-hati dalam mengonsumsi informasi yang beredar di media sosial dan sejenisnya. Bahwa menjadi tugas utama para insan media selain membuat berita, kita juga mencerdaskan masyarakat untuk mengonsumsi berita yang benar. Bahwa kita sebagai insan media, siap menjadi verifikator berita-berita hoax,” kata Agus usai deklarasi antihoax di halaman kantor gubernuran, Jumat (8/3).
Agus lebih lanjut menjelaskan, para jurnalis sebagai ujung tombak pemberitaan di Tanah Air bisa memberikan filter mengenai berita-berita hoax. Terutama, pemberitaan di seputar Pemilu 2019 yang disebar di medsos berisi kebencian dan fitnah.
“Berita hoax ini sangat berbahaya, apabila diterima masyarakat tanpa disaring terlebih dulu. Makanya, kita juga kampanyekan Saring Sebelum Sharing, agar tidak ikut menyebar hoax,” ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Ganjar Pranowo juga pernah menyebut jika masifnya informasi hoax menyebar dan diterima masyarakat akan membuat warga lebih mudah percaya berita bohong dibanding berita sebenarnya. Terlebih lagi, informasi yang disebar di medsos tidak ada kontrol dan tanpa filter.
“Masyarakat kita mudah percaya dengan info yang didapat dan belum tentu teruji kebenarannya. Oleh karena itu, hentikan penyebaran berita bohong demi kemajuan Indonesia,” jelas Ganjar. (Bud)