Semarang, Idola 92.6 FM – Kepala Pelaksana Harian BPBD Jawa Tengah Sarwa Pramana mengatakan Early Warning System (EWS) deteksi tsunami yang terpasang di sepanjang garis pantai selatan, jumlahnya masih belum sesuai dengan ideal. Padahal, peralatan tersebut sangat vital untuk mendeteksi dini terjadinya bencana tsunami.
Sarwa menjelaskan, ada 69 EWS tsunami yang terpasang di wilayah pantai selatan dan jumlahnya masih terbilang sedikit. Artinya, baru terpasang 49 persen dari total seharusnya yang dibutuhkan.
Menurutnya, dari peralatan deteksi dini yang sudah terpasang itu 12 alat ada di Kabupaten Purworejo, Cilacap ada 47 alat dan di Kebumen 10 alat.
Sarwa menjelaskan, seharusnya EWS tsunami sebanyak 145 unit untuk menjangkau panjang pantai selatan Laut Jawa sekira 290 kilometer. Padahal, saat ini tercatat ada kekurangan EWS sebanyak 100 alat.
“Kondisinya sudah sangat jauh dari harapan kita. Pemerintah seharusnya sudah mengambil langkah-langkah itu (pengadaan EWS), supaya bisa didorong untuk diperbarui atau direvitalisasi. Di Cilacap ada beberapa alat yang rusak karena korosi, dan beberapa masih berfungsi dengan baik. Idealnya bentang pantai selatan itu, sepanjang dua kilometer ada EWS,” kata Sarwa, Rabu (16/1).
Lebih lanjut Sarwa menjelaskan, kurangnya alat pendeteksi untuk tsunami itu membuat pemerintah daerah belum memprioritaskan upaya penanggulangan bencana saat ini. Padahal, bencana tsunami merupakan ancaman terbesar bagi masyarakat pesisir pantai.
“Bencana tsunami di Pantai Anyer dan gempa beruntun di Tasikmalaya kemarin, harus menjadi kewaspadaan kita semua. Kami bersama BMKG memerkirakan, ada 11 kecamatan di Kabupaten Cilacap yang berpotensi terkena dampak tsunami,” tandasnya. (Bud)