Semarang, Idola 92.6 FM – Neraca perdagangan atau neraca ekspor-impor merupakan perbedaan antara nilai ekspor dan impor suatu negara pada periode tertentu dengan diukur menggunakan mata uang yang berlaku. Secara teori, defisit neraca perdagangan terjadi ketika nilai impor lebih besar dari nilai ekspor. Meskipun dengan pertumbuhan nilai perdagangan, khususnya ekspor, yang terus meningkat terutama pada 2017, Indonesia belum mampu membendung neraca perdagangan yang defisit. Salah satu sumber defisit tersebut adalah lonjakan impor bahan baku, penolong dan barang modal untuk infrastruktur.
Terkait ini, dalam beberapa tahun terakhir, kita mesti mengakui, Indonesia kerapkali deficit. Bahkan nilai defisitnya berangsur-angsur naik. Ini tentunya bukan kabar yang menggembirakan. Ekonom Faisal Basri menilai, defisit neraca dagang Indonesia yang mencapai 7,5 miliar dollar AS hingga November 2018 merupakan hal yang serius. Kata Faisal Basri dalam sebuah kesempatan baru-baru ini, defisit 7,5 miliar dollar AS bukan sesuatu yang sederhana. Kalau kita lihat rata-rata bulanannya, dalam 8 bulan pada 2018 selalu defisit.
Menurut Faisal, defisit neraca dagang yang mencapai 7,5 miliar dollar AS itu merupakan sejarah baru dalam perjalanan panjang neraca dagang Indonesia. Tidak pernah Indonesia setelah merdeka itu defisit perdagangan barangnya sampai 7,5 miliar dollar AS. Faisal mengungkapkan, salah satu penyumbang terbesar defisit neraca dagang adalah impor migas yang membengkak. Ia pun menilai hal ini akibat kebijakan reformasi yang tak tuntas.
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, penyebab utama anjloknya neraca dagang November 2018 lebih banyak disebabkan faktor eksternal. Defisit neraca dagang yang mencapai 2,05 milliar dollar AS pada November 2018 bukan lantaran struktur ekonomi Indonesia lemah. Salah satu penyebabnya merupakan pengaruh perang dagang China dan AS.
Lantas, melihat defisit neraca dagang 7,5 miliar Dollar AS, seberapa ini menjadi ancaman serius dan bagaimana menangkal dampak buruknya? Apa sesungguhnya faktor pemicu defisit neraca dagang—eksternal atau internal? Upaya mitigasi apa yang mesti segera diambil pemerintah?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, nanti kita akan berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Enny Sri Hartati (Direktur Institute For Development Of Economics And Finance (INDEF)) dan Wijayanto Samirin (Pengamat ekonomi yang juga Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Ekonomi). (Heri CS)
Berikut diskusinya:
Listen to 2018-12-24 Topik Idola – Enny Sri Hartati byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2018-12-24 Topik Idola – Enny Sri Hartati byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2018-12-24 Topik Idola – Wijayanto Samirin byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2018-12-24 Topik Idola – Wijayanto Samirin byRadio Idola Semarang on hearthis.at