Bagaimana Merobohkan Sekat-Sekat Iman, Diantara Berbagai Isu Intoleransi di Alam Demokrasi?

Semarang, Idola 92.6 FM – Sekat-sekat iman dapat dirobohkan oleh budaya membaca. Sebab, kadang permusuhan hanya disebabkan oleh ketidaktahuan. Demikian dikemukakan oleh penulis trilogi novel Negeri Lima Menara Ahmad Fuadi.

Dan, kita pun sepakat dengan apa yang dikemukakan Fuadi tersebut. Pernyataan itu seolah relevan dengan kondisi dewasa ini yang terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Antar satu pihak dengan pihak lain karena sesuatu hal—begitu mudah tersulut amarah. Peristiwa terbaru misalnya adalah insiden penggergajian simbol keagamaan salah satu agama di pemakaman yang terjadi di Yogyakarta baru-baru ini.

Terlepas dari apapun, ini menjadi sebentuk ketidakpahaman satu sama lain. Terlepas dari apapun, ada yang miss dengan pemahaman akan keberadaan kita di negara yang disusun atas bangunan keberagaman dan kemajemukan.

Menurut Ahmad Fuadi, tulisan bisa menjadi jembatan untuk saling memahami satu sama lain. Masyarakat sekarang kurang memahami satu sama lain sehingga yang terjadi adalah polarisasi. Ia mengakui, saat ini gejala itu begitu kentara di media sosial. Polarisasi terjadi kuat sekali. Akarnya, menurut Fuadi, bersumber dari politik, agama, budaya dan beberapa lainnya.

Lantas, bagaimana merobohkan sekat-sekat Iman, di antara berbagai isu intoleransi di alam demokrasi kita saat ini? Apa sesungguhnya akar masalah dari berbagai insiden intoleransi yang masih saja kerapkali terjadi belakangan ini? Ini semua semata karena faktor ketidaktahuan—atau karena ada unsur politis? Bagaimana keluar dari situasi ini?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang Dr. Mukhsin Jamil dan Direktur Riset Setara Institute, Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Halili. (Heri CS)

Berikut diskusinya:

Ikuti Kami di Google News