Semarang, Idola 92.6 FM – Konsultan Program EIN Institute Yvonne Sibuea mengatakan pihaknya menggandeng komunitas Tionghoa di Kota Semarang, mengadakan Heritage Tour to Semarang mulai 23-25 November 2018. Heritage Tour to Semarang merupakan rangkaian kunjungan wisata ke tiga kota, yang mempunyai sejarah panjang tentang budaya peranakan. Yakni Lasem, Semarang dan Yogyakarta.
Pihaknya, jelas Yvonne, mengundang 400 tamu yang berasal dari 18 asosiasi peranakan. Mulai dari Malaysia, Singapura, Thailand, Australia, Belanda dan Amerika. Termasuk juga asosiasi peranakan dari Tanah Air.
Menurutnya, pariwisata di Kota Semarang yang paling banyak diekspos dan dikunjungi wisatawan adalah Kelenteng Sam Poo Kong. Padahal, Kota Semarang mempunyai kekayaan budaya peranakan berusia ratusan tahun yang juga mampu mengangkat banyak hal untuk dipopulerkan. Salah satunya adalah aset kekayaan peninggalan raja gula Asia, Oei Tiong Ham.
Beberapa rumah dan kantor yang dulu dimiliki Oei Tiong Ham dengan julukan “Manusia 27 Juta Gulden” itu, masih berdiri kokoh di Kota Semarang dan terawat. Misalnya Istana Balekambang yang sekarang dijadikan Kantor Regional 3 OJK Jateng-DIY, rumah di Jalan Pandanaran dan kantor di Jalan Kepodang.
“Tujuan acara ini adalah mempromosikan pariwisata Semarang yang belum terlalu populer di nasional maupun mancanegara. Dengan promosi ini kami berharap, bahwa potensi wisata Semarang yang belum digarap menarik bisa menarik kunjungan wisata di Semarang meningkat pesat. Ekonomi di Kota Semarang juga bisa makin bergeliat,” kata Yvonne, Jumat (23/11).
Lebih lanjut Yvonne menjelaskan, wisata heritage budaya peranakan di Kota Semarang ini sebenarnya layak dikembangkan menjadi destinasi wisata baru. Sehingga, bisa disandingkan dengan kawasan Kota Lama yang saat ini sedang ditata Pemkot Semarang.
“Pemkot kan sedang getol menata Kota Lama untuk mendapat pengakuan dari Unesco sebagai Little Nedherland. Kalau disinergikan dengan wisata budaya peranakan, tentu akan menjadi magnet yang kuat untuk menarik wisatawan datang ke Semarang,” pungkasnya. (Bud)