Semarang, Idola 92.6 FM – Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah Emma Rachmawati mengatakan provinsi ini masih menjadi provinsi yang tertinggi dalam penyerapan Kredit Usaha Rakyat (KUR), hingga Oktober 2018 kemarin. Realisasi penyerapan KUR-nya di Jateng mencapai Rp17 triliun lebih, atau hampir 80 persen dari kuota KUR yang disiapkan sebesar Rp22 triliun.
Menurutnya, tingginya realisasi penyaluran KUR di provinsi ini salah satunya karena disebabkan penurunan suku bunga pinjaman. Penurunan suku bunga KUR itu, memberikan pengaruh cukup baik dalam penyaluran kredit di Jateng.
Emma menjelaskan, sampai dengan saat ini, jumlah penyaluran terbesar KUR masih di sektor perdaganga besar dan eceran. Sehingga, di sisa waktu akhir 2018 ini pemerintah melakukan pembatasan untuk penyaluran KUR dan lebih diprioritaskan pada sektor pertanian dan kehutanan.
“Kalau yang untuk mikro di bawah Rp25 juta sekarang sudah mencapai akadnya Rp11 triliun, tapi outstandingnya Rp9,2 triliun dengan debitur mikro 707.153. Rata-rata ambil kredit Rp16 juta. Yang ritel antara Rp25 juta-Rp500 juta jumlahnya mencapai Rp5,6 triliun akadnya dan outstandingnya Rp4,5 triliun dengan debitur 39.614. Rata-rata ambil kredit di atas Rp100 juta,” kata Emma, Jumat (16/11).
Lebih lanjut Emma menjelaskan, selain pertanian dan kehutanan, masih ada sektor lain yang potensi penyaluran kreditnya cukup besar di Jateng. Yakni kredit ultra mikro (UMI), dengan sasaran kepada ibu-ibu rumah tangga produktif.
“Sepanjang 2018 ini kabupaten/kota di Jateng yang paling besar penyerapan KUR-nya adalah Kabupaten Pati sebesar Rp1,07 triliun dan disusul Brebes sebesar Rp1,008 triliun. Sedangkan penyerapan KUR terendah ada di Kota Pekalongan dan Kota Tegal, sekira Rp200 miliar,” tandasnya. (Bud)