Bagaimana Memanfaatkan Perang Dagang AS-China untuk Meningkatkan Perekonomian Kita?

Semarang, Idola 92.6 FM – Ekonomi global saat ini masih diwarnai dengan ketidakpastian. Hal itu salah satunya dipengaruhi perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Perang dagang antara dua negara adidaya tersebut kerap menjadi kambing hitam atas tekanan ekonomi global.

Namun, di sisi lain, sejumlah pihak menilai, di balik perang dagang ini—dapat memperderas arus modal jangka panjang seperti modal asing langsung. Syaratnya, pemangku kepentingan investasi mampu mengidentifikasi dan mengakomodasi kebutuhan industri dari kedua negara itu.

Hal itu terungkap dalam Finance and Investment Talks bertema “Indonesia Ramah Investasi: Menggali Sumber Pendanaan” di Jakarta baru-baru ini. Dalam forum itu, Kepala Ekonom BCA David Sumual menyampaikan, perang dagang AS-China bisa saja berlangsung hingga tahun 2024. Artinya, akan terjadi perubahan rantai pasok global di sejumlah sector industri. Sebagai langkah antisipasi, pemerintah perlu segera memetakan industry AS yang akan merelokasi investasi mereka dari China—begitu pula sebaliknya.

Ia mencontohkan, sejumlah perusahaan elektronik dan manufaktur AS sudah melakukan relokasi dari China ke Asia Tenggara. Namun sayangnya, mereka lebih memilih Thailand, Vietnam dan Malaysia ketimbang Indonesia.

Nah, melihat celah peluang di balik “krisis” dunia menghadapi perang dagang AS dan China, bagaimana kita bisa memanfaatkan hal itu untuk menumbuhkan perekonomian kita? Kebijakan seperti apa yang diperlukan untuk membuat investor dari luar lebih tertarik menanamkan investasinya di Indonesia ketimbang di Negara Asia Tenggara lain? Sejauh ini, apa pula yang membuat implementasi kebijakan pro investasi masih belum optimal?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Enny Sri Hartati (Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)) dan Wijayanto Samirin (ekonom, staf ahli bidang ekonomi Wakil Presiden). [Heri CS]

Berikut diskusinya:

Ikuti Kami di Google News