Semarang, Idola 92.6 FM – Warga perkotaan dengan kebiasaan yang instan dan mengonsumsi makanan cepat saji, paling rentan terkena penyakit hipertensi. Hal itu dipicu karena kebiasaan warga kota dengan pola hidup yang instan.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang Lilik Farida mengatakan bila dilihat, angka hipertensi di Kota Semarang masih mendomisasi sebagai penyakit tidak menular yang diidap masyarakat perkotaan.
Menurutnya, penyakit hipertensi tidak bisa disembuhkan. Pasien atau orang yang terkena hipertensi, maka harus rutin selalu minum obat.
Lilik menjelaskan, apabila penderita hipertensi tidak berobat dan minum obat secara teratur akan terjadi komplikasi. Sehingga, komplikasi penyakit itu akan membebani biaya perawatannya.
Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kota Semarang selalu mengimbau masyarakat untuk menghindari pola atau gaya hidup tidak sehat.
“Hipertensi yang tidak terkendali akan menjadi gagal ginjal. Gagal ginjal, harus cuci darah secara rutin terus menerus. Sehingga, menyebabkan pembiayaan tinggi. Tapi, kalau hipertensi terkontrol dengan baik yang diimbangi konsumsi obat secara teratur dan berperilaku hidup sehat, harapannya komplikasi tidak terjadi,” kata Lilik, Senin (24/9).
Lllik lebih lanjut menjelaskan, hipertensi yang tidak terkontrol juga bisa berakibat munculnya penyakit jantung. Akibatnya, produktivitas seseorang menjadi menurun.
“Di Semarang saja, orang yang terkena diabetes itu kenaikannya hampir 30 persen setiap tahunnya. Makanya, dihidupkanlah Germas. Germas bukan hanya slogan tapi sudah diterapkan mulai dari individu di masing-masing keluarga,” tandasnya. (Bud)