Semarang, Idola 92.6 FM – Dinas Kesehatan Kota Pekalongan terus berupaya, untuk menekan angka stunting atau kurang gizi kronis pada anak bayi dan balita.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Tuti Widayanti mengatakan stunting merupakan persoalan kesehatan serius, yang harus dicegah dan ditangani bersama.
Menurutnya, anak bayi dan balita berperawakan pendek bukan hal biasa. Sebab, bisa jadi itu adalah tanda dari stunting.
Tuti menjelaskan, masyarakat harus waspada terhadap kondisi tubuh bayi dan balita yang pendek. Karena, stunting selain berdampak negatif terhadap kesehatan juga berpengaruh pada perkembangan otak.
Oleh karena itu, di Dinkes Kota Semarang menggalakkan pondok gizi di setiap posyandu. Tujuannya, untuk pemberian gizi lengkap kepada bayi dan balita, agar tidak terkena stunting.
Selain itu, jelas Tuti, para ibu hamil juga diminta selalu rutin ke pondok gizi, untuk melihat perkembangan janinnya. Sebab, deteksi dan pencegahan stunting bisa dimulai sejak bayi dalam kandungan.
“Kalau stunting itu kan kita sudah berupaya. Kita rutin lewaat posyandu-posyandu tiap bulannya memeriksa bayi, kalau ad yang terindikasi stunting kita tangani. Kita punya yang namanya pondok gizi, karena yang namanya stunting itu kan karena kurang gizi. Terus ada edukasi tentang gizi dan pemeriksaan kesehatan dari dokter anak,” kata Tuti, kemarin.
Lebih lanjut Tuti menjelaskan, bila anak-anak di Kota Pekalongan bebas dari stunting, maka akan menjadi generasi yang cerdas dan sehat.
Terpisah, Kepala Dinkes Jateng dr Yulianto Prabowo menjelaskan, stunting disebabkan kurangnya asupan gizi yang diterima janin atau bayi. Biasanya, stunting baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
“Stunting itu gangguan gizi kronis. Kalau sudah terdeteksi stunting, anak mudah sakit dan berkurang kemampuan kognitifnya. Sehingga, fungsi tubuh menjadi tidak seimbang,” ucap Yulianto. (Bud)