Sudahkah Dunia Pendidikan Kita Didesain untuk Melahirkan Para Profesional?

Semarang, Idola 92.6 FM – Baru-baru ini, Wapres Jusuf Kalla mengkritik pendidikan kita. JK mencatat, di level Asia Tenggara saja, Indonesia masih berada di papan tengah. Kini Indonesia mulai disalip negara seperti Vietnam yang sebelumnya jauh tertinggal. Padahal, alokasi anggaran pendidikan di sana hampir sama dengan Indonesia yakni sekitar Rp400 triliun. Kondisi pendidikan di Indonesia, menurut JK, sebenarnya sudah mengalami banyak peningkatan. Tapi, kemajuan yang dicapai Indonesia kalah cepat dengan negara lain.

Wapres mencontohkan, betapa kualitas pendidikan negara tetangga lebih baik dalam mencetak tenaga professional. Filipina misalnya, telah mengirimkan banyak tenaga kerja formal di bidang pemasaran, akuntansi, dan mekanik ke luar negeri. Sedangkan, Indonesia masih didominasi pengiriman tenaga kerja informal.

Apa yang disampaikan Wapres itu sebenarnya menjadi otokritik dalam memahami hakikat profesional dan pendidikan kita. Jangan-jangan kita selama ini tak memahami sepenuhnya tentang esensi professional. Atau bisa jadi pendidikan kita tak pernah mengajarkan perihal terminologi profesional secara utuh. Lulusan pendidikan sejatinya tak segaris lurus hanya menyiapkan mereka untuk bekerja– tidak harus link and match dengan industri.

Lebih dari itu, anak-anak kita juga disiapkan menjadi pemikir sehingga vokasi menjadi salah satu sarana atau bagian darinya. Pendidikan agar mereka siap kerja hanya salah satu hasilnya bukan tujuan utama. Muara dari ini adalah menjadi insan dan Sumber Daya Manusia unggul yang profesional.

Esensi profesional sejatinya merupakan perpaduan di dalam diri seseorang yang mencakup: knowledge (pengetahuan), skills (ketrampilan), dan attitude (sikap). Profesional merupakan jiwa dan kesadaran kita akan profesi yang kita pilih–dan dengan itu dia akan mempersembahkan yang terbaik untuk kemaslahatan manusia.

Secara sederhana, apapun profesi yang kita pilih, kita seolah wakil tuhan di bumi untuk memberi nilai bagi orang lain sesuai bidang masing-masing. Seorang broadcaster misalnya, akan dengan segenap daya dan upaya berusaha menyajikan produk siaran yang bermanfaat dan berdampak bagi masyarakat luas, tidak semata untuk kesenangan dirinya atau selera pemilik perusahaannya semata.

Lantas, sudahkah dunia pendidikan kita didesain untuk melahirkan para profesional? Jika belum, apa yang mesti dibenahi dengan pendidikan kita? Apa pula tantangan terbesar pemerintah mewujudkannya?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola 92.6 FM berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Dr Aswandi (pengamat Pendidikan dari Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Kalimantan Barat) dan Deddy Mulyadi (wakil ketua APINDO Jawa Tengah. [Heri CS]

Berikut Diskusinya:

Ikuti Kami di Google News