Semarang, Idola 92.6 FM – Selama setahun belakangan ini media kerapkali muncul isu-isu besar seperti pembangunan infrastruktur yang begitu masif dilakukan di semua lini, paket kebijakan ekonomi, debirokratisasi, hingga rendahnya tingkat inflasi.
Di sisi lain, Indonesia mengalami lonjakan peringkat kemudahan berusaha ke posisi 72 dari 190 negara, melompat 42 peringkat dalam tiga tahun terakhir. Semua itu menunjukkan Indonesia telah berada pada jalur yang benar (on the right track) menuju perekonomian yang lebih sehat dan berdaya saing.
Tetapi di lain pihak kita mengadapi situasi yang kurang menguntungkan pula yakni menurunnya daya beli masyarakat, hingga tutupnya beberapa toko ritel konvensional akibat pergeseran perilaku masyarakat. Nah, apakah betul hal itu memicu rendahnya daya beli masyarakat. Tidakkah itu karenas aspek lain seperti kenaikan tarif daftar listrik yang cukup membuat masyarakat seolah kencangkan ikat pinggang? Padahal, konsumsi merupakan mesin kerja ekonomi.
Lantas, apa sesungguhnya relevansi dan titik singgung antara fakta dengan fenomena menurunnya daya beli bagi masyarakat luas? Bagaimana peran pemerintah menghadapi situasi semacam ini?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola 92.6 FM berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Enny Sri Hartati (Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)) dan Mohammad Faisal (Direktur riset CORE Indonesia). (Heri CS)
Berikut Perbincangannya:
Listen to 2017-11-06 Topik Idola – Enny Sri Hartati byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2017-11-06 Topik Idola – Enny Sri Hartati byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2017-11-06 Topik Idola – Mohammad Faisal byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2017-11-06 Topik Idola – Mohammad Faisal byRadio Idola Semarang on hearthis.at