Mengkritisi Wacana Pembangunan SMA Unggulan dan Sekolah Rakyat, Apakah Pemerintah Masih Perlu?

ilustrasi/istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berencana membangun SMA Unggulan Garuda dan membangun Sekolah Rakyat. Tujuan pembangunan SMA Unggulan adalah memberikan akses pendidikan berkualitas bagi siswa dengan kecerdasan di atas rata-rata khususnya dalam bidang sains dan teknologi serta mempersiapkan talenta unggul untuk memimpin bangsa di masa depan.

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamen Dikti Saintek) Prof. Stella Chistie mengungkap: alasan pemerintah ingin membangun Sekolah Unggulan Garuda. Menurutnya, sekolah unggulan dibangun bukan untuk membangun dikotomi antara sekolah favorit dan sekolah biasa. Namun, untuk membangun sumber daya manusia (SDM) unggul di semua lapisan masyarakat.

Oleh karena itu, Prof. Stella menegaskan bahwa apa yang dilakukan pemerintah bukan membeda-bedakan talenta. Namun, membangun talenta di berbagai lapisan sehingga Indonesia bisa berubah menjadi negara maju. Sebelumnya diberitakan, pemerintah menargetkan untuk membangun 20 Sekolah Unggulan Garuda hingga tahun 2029.

Sementara itu, Pemerintah juga sedang melakukan uji coba membangun sekolah rakyat. Uji coba itu menyusul keinginan Presiden Prabowo Subianto membuat sekolah khusus anak-anak tidak mampu. Keinginan Prabowo itu diungkap Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar usai mengikuti rapat koordinasi tentang pemberdayaan masyarakat di Istana Kepresidenan Bogor, baru-baru ini. Uji coba sekolah rakyat yang rencananya berada di bawah Kementerian Sosial itu dilakukan di tiga titik.

Lalu, mengkritisi wacana pembangunan SMA Unggulan dan Sekolah Rakyat; apakah pemerintah masih perlu membangun Sekolah Unggulan dan Sekolah Rakyat?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan pengamat kebijakan pendidikan, Prof Cecep Darmawan. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya:

Ikuti Kami di Google News