Irma Makiah, Kabid P2P Dinkes Jateng.

Semarang, Idola 92,6 FM-Dinas Kesehatan Jawa Tengah meminta masyarakat, untuk lebih mewaspadai penyakit leptospirosis.

Terlebih, awal 2025 tercatat sudah ada 61 kasus yang disebabkan bakteri leptospira dengan penyebaran salah satunya melalui kencing tikus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jateng Irma Makiah mengatakan ada beberapa cara penularan leptospirosis, pertama melalui kontak langsung kulit terluka dengan urine hewan pembawa bakteri leptospira. Hal itu dikatakan saat ditemui di kantornya, belum lama ini.

Irma menjelaskan, cara kedua kontak antara kulit dengan air (genangan) dan tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri.

Selanjutnya, mengonsumsi makanan yang terkontaminasi urine tikus yang membawa bakteri leptospira.

Menurutnya, apabila terinfeksi maka orang yang tertular menunjukkan beberapa gejala demam, nyeri di badan, nyeri di betis, mata merah, gejala kekuningan pada badan hingga gagal ginjal yang bisa berdampak pada kematian.

“Bilamana tikus kencing di air atau makanan, lalu air tersebut terkena luka atau mata. Bisa juga lewat mengonsumsi makanan yang terkena urin tikus, orang tersebut bisa terinfeksi leptospirosis,” kata Irma.

Lebih lanjut Irma menjelaskan, apabila seseorang berada di wilayah dengan koloni tikus dan mengalami gejala-gejala tersebut segera datangi fasilitas kesehatan.

Karena pada tahap awal, leptospirosis mudah dideteksi dan bisa diobati dengan berobat di puskesmas maupun klinik ataupun rumah sakit.

“Jadi, bagi bapak dan ibu yang pekerjaannya memang berisiko seperti ke sawah atau lingkungannya atau pekerja yang diharuskan turun ke daerah banjir mohon gunakan alat pelindung diri seperti sepatu boot. Sebab, jika ada luka sedikit saja, termasuk telapak kaki pecah-pecah, itu bisa berisiko terkena leptospirosis,” jelasnya.

Diketahui pada awal 2025 telah terjadi 61 kasus leptospirosis di Kabupaten Banyumas, Magelang, Purworejo, Cilacap, Karanganyar, Demak, Klaten, Kebumen, Wonosobo dan Sukoharjo.

Sementara pada 2024, tercatat ada 545 kasus dengan kasus meninggal dunia mencapai 66 orang. (Bud)

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnyaNana Ingatkan Maret Masih Dimungkinkan Terjadi Cuaca Ekstrem
Artikel selanjutnyaAsah Keterampilan, Ibu-ibu PKK Belajar Jahit Payet