Semarang, Idola 92.6 FM – Predikat bangsa Indonesia yang dikenal ramah-tamah seakan tak mewujud di jalan raya.Sebab, dari beberapa fenomena yang ada, jalanan kita seakan menjadi etalase keberingasan dan sikap mau menang sendiri. Bahkan, sebagian pengendara berperilaku arogan.
Terkini, yang menjadi sorotan, dugaan arogansi personel Patwal Mobil RI 36. Utusan Khusus Presiden Bidang Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad mengaku mobil berpelat RI 36 tersebut merupakan miliknya. Namun, ia mengungkapkan bahwa mobil tersebut tengah dalam perjalanan untuk menjemput dirinya untuk mengantarnya menuju agenda yang perlu ia hadiri.
Setelah Raffi Ahmad buka suara, ternyata polemik masih berlanjut. Karena masyarakat mempertanyakan apa urgensi mobil tersebut dikawal patwal hingga harus membuka jalan untuk menerobos kemacetan ketika tidak ada pejabat yang diangkut.
Privilege dan entitlement (merasa berhak) tak jarang membuat kita lupa ‘empan papan’ yang menjadi salah satu kearifan peninggalan leluhur. Apalagi, kalau privilege dan entitlement itu diperagakan oleh aparat negara—yang sebenarnya difasiltasi oleh rakyat pembayar pajak.
Kita sepakat bahwa mengkampanyekan kesadaran para wajib pajak untuk patuh membayar pajak, sangat penting! Tetapi yang tak kalah penting adalah: mengampanyekan kepada pihak yang difasilitasi oleh uang hasil pajak untuk menaruh respek terhadap pembayar pajak.
Lalu, bagaimana cara membangkitkan kesadaran para pejabat, agar mereka ‘sedikit menaruh hormat’ kepada rakyat yang membiayai mereka, dan bukan sebaliknya?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Ahli filsafat dan Budayawan Universitas Negeri Jakarta, Dr. Saifur Rohman. (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: