Semarang, Idola 92,6 FM-Laju Inflasi Jawa Tengah sampai dengan saat ini masih terkendali dengan baik, dan di bawah rerata nasional.
Baik pemprov maupun Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng berharap, kondisi tersebut dapat dipertahankan meski berhadapan dengan sejumlah tantangan kenaikan harga barang dan jasa.
Pj Gubernur Nana Sudjana mengatakan beberapa hal yang menjadi tantangan dalam pengendalian inflasi antara lain kenaikan harga barang yang merupakan kebijakan pemerintah pusat, misalnya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan lainnya. Hal itu dikatakan usai acara High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jateng di Hotel Tentrem, kemarin.
Nana menjelaskan, tantangan lain adalah anomali cuaca yang berdampak pada potensi risiko meningkatnya bencana dan berpengaruh pada produksi bahan pangan serta ketidakpastian harga.
Selain itu, tantangan dalam beberapa bulan ke depan juga dipengaruhi adanya gelaran pilkada.
Menurutnya, TPID provinsi dan kabupaten/kota serta seluruh dinas terkait untuk mulai menyiapkan antisipasi kendala-kendala tersebut.
Mulai dari menyiapkan neraca pangan, mendorong budidaya pertanian organik hingga meningkatkan kapasitas dan kompetensi petani serta penyuluh pertanian.
“Pengendalian inflasi di Jawa Tengah kategori baik dan masih di bawah rata-rata nasional. Tentu kondisi ini harus kita pertahankan, dalam kondisi apapun target kita harus tetap di bawah rata-rata nasional. Kita harus antisipasi, karena kita sudah memasuki kemarau. Harus segera mengantisipasi dengan memastikan masa tanam dan panen,” kata Nana.
Sementara Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jateng Rahmat Dwisaputra menyampaikan sejumlah rekomendasi, dan tindak lanjut strategi utama pengendalian inflasi di provinsi ini.
Strategi itu diantaranya penguatan produktivitas pangan strategis, pengembangan new champion lokal terutama komoditas holtikultura dan penguatan ekosistem BUMP/BUMD untuk memerpendek rantai perdagangan dan meng-absorsi kelebihan pasokan serta hilirisasi komoditas pangan strategis.
Selain itu juga kampanye produk olahan, pengembangan neraca pangan strategis dan penguatan pasokan melalui kerja sama antardaerah.
“Urgensi penguatan koordinasi dan sinergi pengendalian inflasi serta inovasi pengendalian inflasi pangan secara end-to-end. Inovasi dari hulu ke hilir harus dioptimalisasi secara simultan, untuk meningkatkan produktivitas dan mendorong perluasan jangkauan distribusi,” ujar Rahmat .
Lebih lanjut Rahmat menjelaskan, optimalisasi BUMD dan BUMP perlu ditingkatkan untuk memerpendek rantai distribusi dan menjadi offtaker dalam menyerap pasokan yang berlebih.
Guna menjaga kecukupan pasokan di setiap kabupaten/kota di Jateng, kerja sama antar daerah (KAD) perlu diperluas tidak hanya mencakup antar-provinsi melainkan juga antar-kabupaten/kota di provinsi ini.
“Sinergi dan kolaborasi di antara stakeholder diperlukan, sehingga dapat memberikan solusi yang inovatif dan efektif guna mengatasi tantangan ketahanan pangan dalam rangka mendukung ketahanan ekonomi lokal, melindungi daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas harga pangan,” pungkasnya. (Bud)