Semarang, Radio Idola 92,6 FM – Tekanan inflasi di Jawa Tengah melandai pasca idul fitri 1445 H. Tercatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 0,20% (mtm) pada periode laporan, menurun dibandingkan bulan sebelumnya (0,60%; mtm). Dengan demikian, inflasi gabungan kota di Provinsi Jawa Tengah pada April 2024 yaitu sebesar 3,27% (yoy) dan berada di rentang sasaran target inflasi 2,5±1%.
Plh. Kepala perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Nita Rachmenia mengatakan, secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami penurunan tekanan inflasi. Inflasi terendah berlangsung di Kab. Rembang yang pada periode laporan mencatatkan inflasi sebesar 0,02% (mtm).
“Sementara itu, Kota Surakarta mencatatkan inflasi bulanan tertinggi pada periode laporan yang sebesar 0,39%,” ujarnya
Pada periode laporan menurut Nita, penurunan tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, sejalan dengan penurunan harga komoditas pangan utama. Komoditas beras menunjukkan penurunan harga seiring dengan panen raya yang mulai berlangsung di sejumlah daerah sentra, antara lain Klaten, Sragen, Temanggung, Purwokerto, Demak, dan Grobogan.
“Telur ayam ras juga tercatat mengalami penurunan harga seiring dengan normalisasi permintaan masyarakat pasca Idul Fitri 1445 H dan penurunan harga pakan ternak seiring dengan panen jagung di sejumlah daerah sentra, seperti Grobogan, Blora, dan Wonogiri,” ungkap Nita
Namun demikian, sejumlah komoditas pangan tercatat masih mengalami kenaikan harga, sehingga menahan penurunan inflasi lebih lanjut. Harga bawang merah yang meningkat pada periode laporan, disebabkan oleh gagal panen akibat banjir di sentra-sentra produksi di Jawa Tengah pada triwulan I 2024. Ha ini juga turut berdampak pada kenaikan harga bawang merah secara nasional.
“Banjir di sentra produksi yang meliputi Demak, Brebes, Kendal , dan Grobogan menyebabkan keterbatasan pasokan benih komoditas bawang merah. Gagal panen ini juga turut berdampak pada kenaikan harga bawang merah secara nasional,” Kata Nita
Di sisi lain, inflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya serta Kelompok Transortasi meningkat. Kenaikan inflasi pada Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan seiring dengan kenaikan harga emas dunia.
Berdasarkan data Trading Economics, harga emas pada 26 April lalu naik 8,49% dibandingkan bulan sebelumnya atau meningkat 18,45% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan tekanan harga emas global dipengaruhi oleh ketegangan konflik di Timur Tengah yang terus berlanjut dan meluas dengan konflik antara Iran dan Israel.
Lebih lanjut, peningkatan permintaan investor terhadap aset safe haven juga dipengaruhi oleh ekspektasi pembatasan suku bunga The Fed yang berkepanjangan (higher for longer). Sementara dari Kelompok Transportasi, kenaikan inflasi didorong oleh kenaikan tarif angkutan antar kota. Sesuai dengan pola musimannya, terjadi kenaikan permintaan masyarakat terhadap moda angkutan antar kota sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat pada arus mudik dan arus balik lebaran.
Nita menambahkan, untuk menjaga inflasi berada pada rentang sasaran, Bank Indonesia bersama dengan para pemangku kepentingan di daerah yang tergabung dalam Forum TPID Provinsi Jawa Tengah akan terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi.
“Program pengendalian inflasi tersebut ditujukan untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang/komoditas di Jawa Tengah sehingga inflasi dapat terjaga di rentang sasaran 2,5±1%,” pungkasnya.