Aceh, Idola 92.6 FM – Ancaman kepunahan sejumlah satwa lindung di Indonesia membuat sosok satu ini tergerak. Lebih dari tiga dekade hidupnya dihabiskan untuk merawat satwa-satwa lindung.
Sosok itu adalah drh Taing Lubis, dokter hewan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh. Ia dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap satwa liar yang hampir punah di Aceh. Selama mengemban tugas dan bergelut dengan satwa-satwa tersebut, tak ada tantangan yang berat karena hobi. Kalau pun ada tantangan, cenderung kepada saat merawat bayi satwa itu.
Menurut drh Taing Lubis, bayi satwa perlu ditangani khusus. Sehingga bayi satwa dibawa pulang oleh Taing ke rumahnya.“Bayi satwa saya bawa pulang, kalau malam minum susu,”tutur drh Taing kepada radio Idola, pagi (19/02) tadi.
Selama ini, di Aceh, keberadaan satwa lindung terancam punah disebabkan maraknya perburuan atau konflik dengan manusia. Bahkan kadang satwa yang sudah dalam kondisi kritis baru diserahkan ke BKSDA sehingga nyawanya tak tertolong.
Dokter kelahiran Pematang Siantar, 1 Mei 1968 itu mengatakan, layaknya manusia, satwa juga punya hak untuk hidup dan berkembang biak. Keberadaan satwa lindung seperti harimau, gajah, orangutan, dan badak penting bagi kelestarian alam. Jika satwa lindung punah, ekosistem tak seimbang dan memperbesar ancaman bencana alam.
Taing tak hanya bertugas merawat satwa sitaan, alat bukti, dan menjaga populasi serta merawat habitat satwa. Tapi ia juga kerap diminta kepolisian untuk menjadi saksi ahli. Hal ini karena ia dianggap memiliki pengetahuan yang luas terhadap satwa.
Lalu, apa harapan Taing terhadap masyarakat agar satwa-satwa itu tak punah?
Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama drh Taing Lubis, dokter Hewan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh. (yes/her)
Simak podcast wawancaranya: