Malang, Idola 92.6 FM – Berawal dari pengalaman masa kecilnya kala ikut bersama sang nenek, sosok satu ini terus bergerak menabur kebaikan untuk sesama. Ia meneruskan misi mulia sang nenek yang sangat peduli dengan pendidikan.
Mengawali pergerakan pada bidang pendidikan di daerah terpencil, sosok satu ini terjun langsung ke lokasi. Terlebih saat pandemi covid-19, tak semua warga (terutama di daerah terpencil) mempunyai fasilitas belajar (handphone). Itu alasan kenapa sosok ini terus mengembangkan yayasan sosial, yang sejak dulu ia dirikan.
Sosok itu adalah Sofia Ambarini (51), Ketua dan Co-founder Yayasan Mahargijono Schutzenberger Indonesia. Sofia Ambarini lahir di Jakarta, 6 November 1973. Mengenyam pendidikan sekolah menengah atas di Yogyakarta, dan kuliah di Jakarta. Beberapa waktu belakangan ini, ia tinggal di Kota Malang Jawa Timur.
Di Kota Malang, Sofia membuka akses untuk menangani orang dengan gangguan mental. Menurutnya, kalau kesehatan mental tidak baik, maka proses belajar itu tidak baik. Padahal tujuan Sofia mendirikan yayasan agar generasi muda mumpuni.
“Tujuan kita adalah suatu generasi muda yang mumpuni, berkualitas, bermoril. Tidak hanya kasih buku,”tutur Sofia kepada radio Idola, pagi (19/06) tadi.
Terlebih akhir-akhir ini, menurut Sofia, banyak kasus bunuh diri. Contoh anak SD tidak bisa mengerjakan tugas (PR) melakukan bunuh diri, mahasiswa tidak bisa mengerjakan tugas, juga bunuh diri.
Sofia tak hanya bergerak di bidang pendidikan. Jauh sebelumnya, ia telah bergelut dengan yayasan sosial yang ia dirikan dan memberikan santunan kepada lansia sampai meninggal.”Kita punya Simbah Asuh, mereka sudah tua tapi punya utang di warung,”cerita Sofia mengapa program Simbah Asuh bergulir.
Lalu, siapa saja orang yang menginspirasi Sofia, dan yang terlibat dalam kegiatan ini?
Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Sofia Ambarini, Ketua dan Co-founder Yayasan Mahargijono Schutzenberger Indonesia. (yes/her)
Simak podcast wawancaranya:
