Semarang, Idola 92.6 FM – Setelah sekian lama dilakukan uji coba, Kurikulum Merdeka resmi ditetapkan sebagai kurikulum nasional mulai tahun ajaran baru 2024/2025. Namun, implementasinya tetap bergantung pada kesiapan masing-masing satuan pendidikan di jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, hingga pendidikan menengah.
Perubahan kurikulum pendidikan nasional memberikan harapan untuk berfokus pada kualitas pembelajaran dan mengatasi kesenjangan capaian hasil belajar. Namun, perubahan kurikulum yang selama ini terjadi sering terkendala oleh ketidaksiapan guru yang secara berdaya dan merdeka mengimplementasikan pembelajaran holistik secara bermakna.
Dengan terbitnya Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah/ mulai tahun ajaran 2024/2025 kurikulum nasional secara bertahap akan berganti dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka.
Meski demikian, akan ada transisi maksimal tiga tahun bagi sekolah untuk secara penuh mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sebagai acuan untuk mengembangan kurikulum tingkat sekolah sesuai kondisi dan kebutuhan sekolah.
Lalu, ketika perubahan kurikulum nasional membawa harapan baru tetapi di sisi lain juga memerlukan kesiapan guru untuk bertransformasi; seberapa siap guru-guru kita bertransformasi menyongsong Kurikulum Merdeka sebagai Kurikulum Nasional?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Pengamat pendidikan/ Wasekjen PB PGRI, Dr Jejen Musfah, M.A. (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: