Semarang, Idola 92.6 FM – Menyambut bulan Ramadan, Radio Idola Semarang bekerja sama dengan Hotel Grasia dan Wolu Organizer menggelar Spirit Ramadan 2024. Acara menghadirkan para ahli di bidangnya pada Kamis, 29 Maret 2024 di Hotel Grasia Jl. Letnan Jenderal S. Parman No.29 Gajahmungkur Kota Semarang.
Dalam acara yang mengusung tema “Terus Belajar, Memperbaiki, & Berinovasi” itu, hadir sebagai narasumber Prof Dr H Masrukhi (Rektor UNIMUS), Mia Inayati Rahmania (Direktur Sekolah Alam Ar-Ridho), dan Ns. Kurnia Yuliastuti (Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jateng). Acara dipandu penyiar radio Idola Semarang, Nadia Ardiwinata.
Acara juga didukung Sekolah Vokasi, Sekolah Alam Ar-Ridho, DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah, Honda Kusuma, Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), dan Hotel Grasia Semarang.
Pentingnya Menggali Nilai dalam Alquran
Di hadapan puluhan peserta yang hadir, Prof Dr H Masrukhi menyampaikan , pentingnya kembali umat Islam untuk menggali spirit dan nilai-nilai keislaman yang tertuang dalam kita suci Alquran. Umat Islam sudah sepatutnya terus mempraktikkan spirit “Iqra” dalam surat Al Alaq. Surat Al Alaq merupakan wahyu pertama sekaligus surat pertama di dalam Al-Quran yang disampaikan kepada Rasulullah SAW melalui Malaikat Jibril di Gua Hira.
“Iqra’ maknanya tak hanya membaca, tetapi juga mengandung makna menyampaikan, menelaah, mendalami, membaca, dan meneliti,” kata Prof Masrukhi.
Menurut Prof Masrukhi, Alquran selain sebagai sumber pengetahuan, tetapi juga pemicu (trigger) untuk melakukan penelitian alam. Karena fenomena alam merupakan bagian dari yang disebut sebagai ayat kauniyah. Ayat Kauniyah merupakan tanda-tanda kebesaran Allah yang bisa dilihat dari fenomena alam untuk mengenal dan menguatkan iman kepada Allah SWT guna memenuhi kebutuhan hidup manusia dan menunaikan tugas sebagai khalifah fil ardh.
Menurut Prof Masrukhi, dari literatur sejarah, dahulu Islam pernah mengalami masa-masa keemasan. Namun kemudian mengalami kemunduran setelah abad pertengahan karena berbagai krisis yang sangat kompleks menerpa dunia Islam. Islam berjaya kala itu dilihat dari peninggalan arsitektur, hasil pemikiran dan pengetahuan para tokoh/ilmuwan muslim.
“Dahulu, Islam pernah mengalami masa keemasan. Kini, umat Islam mengalami kemunduruan dalam peradaban. Mengapa Umat Islam mundur dan umat yang lainnya sekarang maju? Simpulannya, salah satunya karenaumat Islam semakin meninggalkan ajaran agamanya. Lalai dengan nilai-nilai dalam Alquran,” tuturnya.
Prof Masrukhi melihat saat ini, yang banyak terjadi sebagian Umat Islam hanya berkutat pada ritualitas. “Ini terlalu dangkal dalam memahami Islam,” ujarnya.
Untuk itu, di bulan Ramadan ini, Prof Masrukhi mengingatkan kembali pada kaum muslim bahwa ujung dari perintah berpuasa adalah meningkatkan ketakwaan. Ketakwaan melingkupi aspek kehidupan manusia, termasuk mencakup kemampuan berpikir. “Manusia dituntut untuk terus berpikir,” pesannya.
Ingatkan Manusia sebagai “Khalifah di Bumi”
Sementara itu, Ibu Mia Inayati Rahmania mengatakan, pentingnya manusia memahami ayat-ayat kauniyah selain ayat qouliyah. Ayat qouliyah merupakan tanda-tanda kebesaran Allah yang berupa firman- Nya, yaitu Alquran. Sementara, ayat kauniyah ialah tanda-tanda kebesaran Allah yang berupa keadaan alam semesta. Ayat kauniyah tidak hanya alam (lingkungan-tumbuhan). Tapi alam kehidupan (sosial). Ia mencontohkan, hubungan antarmanusia dan sejarah di masa lalu.
“Sebab, pada setiap peristiwa, sejarah, dan peradaban di masa lalu, selalu ada hikmah yang bisa dipetik,” ujarnya.
Mia sepakat dengan pandangan Prof Masrukhi, kenapa peradaban Islam turun? Hal itu karena umat Islam mulai meninggalkan nilai (value) dalam Alquran. Untuk itu, di sekolah Alam Ar-Ridho, pengelola mengajarkan spirit “Iqra’” di Sekolah Alam Ar-Ridho melalui metode belajar bersama alam. Alam ini eksistensi manusia sebagai khalifah di bumi.
“Sebagai khalifah di bumi, kita manusia diminta mengelola bumi bukan merusak bumi. Tujuan pendidikan manusia, diturunkan untuk menjadi abdullah (hamba Allah) dan khalifah di bumi,” ujar Mia Inayati Rahmania.
Sementara, Ns. Kurnia Yuliastuti, menyebut, profesi perawat dalam sejarah umat Islam sudah ada sejak zaman Nabi. “Core-nya perawat adalah caring atau peduli,” ujar Kurnia.
Menurut Ibu Kurnia Yuliastuti, saat ini muncul tren kalangan akademisi di bidang keperawatan mulai menggali nilai-nilai dan khasanah keislaman sebagai penunjang profesi perawat.
“Menggali ilmu agama untuk memperdalam acuan keperawatan. Perawat selain sebagai perawat agar sehat juga memiliki peran sebagai pembimbing ruhani pasien,” tandasnya. (her)