Semarang, Idola 92.6 FM – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Semarang dan Google News Initiative (GNI) menyelenggarakan Training Prebunking bagi 25 jurnalis yang berasal dari Semarang, Demak, Kudus, Pati dan berbagai daerah lainnya.
Training ini bertujuan meningkatkan pemahaman jurnalis tentang upaya pencegahan sebelum suatu informasi tidak benar menyebar. Para jurnalis juga mempelajari teori prebunking, misinformasi dari masa ke masa, serta kemampuan memetakan narasi misinformasi, disinformasi, hingga malinformasi. Selain itu, jurnalis belajar pula menganalisa anatomi manipulasi informasi, dan cara membuat konten prebunking.
“Tujuan pelatihan prebunking merupakan tindak lanjut dari upaya memerangi peredaran informasi bohong,” ujar trainer kegiatan Adi Marsiela, di lokasi training, Hotel Andelir, Kota Semarang, Minggu (24/2/2024).
Menurut Adi, beragam gerakan dan upaya membatasi penyebaran informasi bohong tidak cukup dengan pendekatan debunking atau pembongkaran kebohongan. Konten bermuatan informasi bohong masih terus mewarnai ekosistem informasi dengan beragam tema seperti isu kesehatan, politik, penipuan daring dibalut konteks lowongan kerja, hingga kebencanaan.
Guna mengatasinya, lanjut Adi, AJI, yang tergabung dalam Koalisi CekFakta, menggelar pelatihan prebunking yang mengedepankan pemberian informasi seputar kebohongan informasi yang kerap ditemui agar publik dapat mengidentifikasinya secara mandiri.
“Target pelatihan ini adalah pemeriksa fakta yang juga jurnalis memiliki kapasitas memproduksi konten prebunking. Harapannya, semakin banyak konten prebunking bisa memperlambat penyebaran informasi bohong,” ujarnya.
Training dilakukan selama dua hari penuh mulai 24 Februari hingga 25 Februari 2024. Selama pelatihan, para jurnalis diajak untuk memahami prebunking sebagai pendekatan yang memungkinkan individu untuk mengembangkan ketahanan terhadap disinformasi sebelum mereka terpapar informasi yang salah. Pelatihan ini mencakup pengembangan keterampilan kritis dan literasi digital yang dapat membantu individu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merespons informasi dengan bijak.
“Saya mendapatkan ilmu baru soal prebunking yang akan saya terapkan di keseharian saya sebagai jurnalis,” ucap Jurnalis Tirto, Baihaqi Annizar.
Ia menuturkan, ilmu baru yang didapatkan di antaranya memperoduksi konten yang mengedukasi untuk mengurangi konten-konten hoaks. “Tempat kerja saya mengakomodir pembuatan konten prebunking dalam bentuk teks, selepas pelatihan ini ada tambahan ilmu baru berupa kiat membikin konten prebunking dalam bentuk video,” imbuhnya.
Semengtara, jurnalis Kompas.com, Sabrina Mutiara Fitri mengatakan, praktik dan teori dalam pelatihan prebunking dapat memberikan pemahaman baru dalam menunjang kinerjanya sebagai jurnalis yakni mampu menyaring informasi dari berbagai sumber sebelum disajikan ke masyakarat dalam bentuk berita.
“Saya dalam pelatihan ini semakin paham terkait peran jurnalis supaya dapat mengatasi misinformasi dan disinformasi melalui konten video prebunking yang mudah dipahami masyarakat,” paparnya.
Senada, Fadila Intan Qudstia, jurnalis dari Joglo Jateng menilai, sebagai jurnalis pemula seperti dirinya merasa terbantu atas pelatihan prebunking. Ia menjadi semakin bisa membedakan konten hoaks, perbedaan misinformasi, disinformasi dan pentingnya memeranginya lewat prebunking.
“Memerangi hoaks perlu dilakukan oleh jurnalis yang bisa dilakukan dengan mengemas video prebunking yang lebih menarik,” tandasnya. (her/tim)