Perlukah Gelaran PON Dilanjutkan?

Semarang, Idola 92.6 FM – Awalnya, gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) diselenggarakan sebagai salah satu upaya untuk menyeleksi bakat-bakat muda dari daerah–untuk dipromosikan menjadi atlet potensial di ajang yang lebih tinggi.

PON diadakan setiap empat tahun sekali dan diikuti seluruh provinsi di Indonesia. Selain itu, PON juga bertujuan untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dan meningkatkan prestasi olahraga. Harapannya, mereka yang berprestasi dapat terus ditempa untuk dapat menjadi duta olahraga Indonesia di level internasional seperti Sea Games, Asian Games, hingga Olympiade.

Namun, seiring berjalannya waktu, banyak pihak menyoroti gelaran PON. Sebab, yang terjadi justru muncul fenomena “bajak-membajak” atlet antar-daerah demi mendulang medali. Selain itu, juga muncul gejala persaingan tak sehat antar-provinsi. Bahkan, dari sisi penyelenggaraan, keuntungan sebagai tuan rumah juga kerapkali menimbulkan persoalan.

Hal ini misalnya terjadi dalam pertandingan cabang olahraga sepak bola antara Aceh dan Sulteng dalam PON ke-XXI yang digelar di Aceh dan Sumatera Utara baru-baru ini. Peristiwa tersebut menjadi sorotan publik karena terjadi pemukulan terhadap wasit yang dilakukan oleh pemain akibat ketidak-adilan wasit menjadi hakim di lapangan hijau. Dan, hal itu ditengarai karena aspek Aceh sebagai tuan rumah.

Maka, kembali ke pertanyaan awal tadi: perlukah ajang PON dilanjutkan? Apa manfaat yang bisa kita peroleh melalui PON? Jika dipertahankan, bagaimana perbaikan ke depan?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Prof Djoko Pekik Irianto (Dosen Universitas Negeri Yogyakarta/ pernah menjabat sebagai Deputi IV Bidang Olah Raga Prestasi Kemenpora), Amir Machmud (Pengamat Olahraga), dan Rosiyati MH Thamrin (Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya:

Ikuti Kami di Google News