Pemprov Minta Petani Milenial di Jateng Terus Berinovasi Guna Tingkatkan Produktivitas

Sekda Sumarno saat memerhatikan hasil panen yang dikerjakan petani milenial di Jateng.
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92,6 FM-Pemprov Jawa Tengah, mendorong kepada para petani milenial, agar terus berinovasi guna mampu meningkatkan produktivitas pertanian.

Berdasarkan data Sensus Pertanian 2023, Jateng memiliki 625.810 petani milenial dan 7,21 persen di antaranya telah memanfaatkan teknologi digital dalam kegiatan pertanian.

Sekda Sumarno mengatakan kabupaten/kota di Jateng dengan jumlah petani milenial terbanyak di Kabupaten Grobogan, tercatat sebanyak 54.175 orang dan disusul Banjarnegara serta Cilacap masing-masing sebanyak 37.613 orang dan 36.036 orang. Pernyataan itu disampaikan di sela membuka Jateng Agro Innovation Expo 2024 di Agro Center Soropadan, kemarin.

Sumarno menjelaskan, berbagai inovasi telah diciptakan dan diaplikasikan para petani milenial.

Hal tersebut membuktikan, bahwa sektor pertanian memberikan peluang pekerjaan bagi kalangan muda untuk berkarya.

“Alhamdulillah banyak anak-anak muda yang terjun ke sektor pertanian. Apa-apa yang mereka lakukan sudah banyak mendapat apresiasi. Atas inovasi-inovasi mereka, produktivitas pertanian juga mengalami peningkatan,” kata Sumarno.

Lebih lanjut Sumarno menjelaskan, inovasi-inovasi dari petani milenial tersebut bisa ditularkan ke petani lainnya.

Sebab, teknologi inovasi dianggap penting di era digitalisasi.

“Sistem green house mampu memicu peningkatan produktivitas signifikan dibanding sistem konvensional. Contoh lainnya, pola tanam benih langsung (Tabela) pada tanaman bawang merah juga bisa dilakukan,” jelasnya.

Sementara Ketua Forum Komunikasi Purnawidya Badan Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Jateng Hendi Nur Seto menambahkan, petani milenial di provinsi ini telah melakukan berbagai upaya demi meningkatkan produktivitas pertanian.

Sejumlah upaya yang dilakukan adalah penerapan teknologi smart farming atau pertanian pintar, yaitu konsep manajemen bercocok tanam yang mengandalkan teknologi canggih seperti internet.

Selain itu, petani milenial juga telah menerapkan berbagai teknologi inovasi di beberapa komoditas pertanian.

“TSS ini menggunakan biji dari bunga bawang merah. Kalau secara waktu memang lebih lama, tetapi lebih murah. Misal satu hektar butuh Rp5 juta untuk tanam umbi tetapi dengan TSS bisa Rp3 juta,” ucap Hendi. (Bud)