Semarang, Idola 92,6 FM-Pemprov Jawa Tengah mendorong para petani, untuk memproduksi beras rendah karbon.
Yakni, dengan menerapkan pertanian organik dan penggunaan bahan bakar mesin pertanian ramah lingkungan.
Sekda Sumarno mengatakan tingginya emisi karbon yang disumbang dari sektor pertanian, tidak lepas dari penggunaan pestisida dan pupuk kimia serta mesin penggiling padi berbahan bakar solar. Hal itu dikatakan saat membuka temu usaha dan talkshow “Low Carbon Rice for Sustainable Food” di Wisma Perdamaian Semarang, kemarin.
Sumarno menjelaskan, produksi beras rendah karbon untuk pangan berkelanjutan harus diterapkan.
Dengan demikian, petani dan pelaku usaha pertanian turut berkontribusi dalam menurunkan emisi karbon.
Menurutnya, penerapannya bisa melalui pengembangan pertanian organik dan revitalisasi penggilingan padi serta migrasi penggunaan mesin disel menjadi listrik agar ramah lingkungan.
“Konversi dari energi berbahan fosil ke energi listrik harus kita dorong. Semua harus terlibat untuk berkontribusi pencegahan emisi karbon, salah satunya dari panjenengan (petani). Mohon bantuan dari semuanya, bahwa konversi dari bahan fosil ke energi listrik menjadi tanggung jawab kita bersama. Kita harus bareng-bareng melakukan konversi ini,” kata Sumarno.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jateng Dyah Lukisari menambahkan, pihaknya akan terus menggenjot petani untuk menanam padi organik.
Para pengusaha penggilingan gabah juga dipacu, untuk menggunakan mesin yang rendah emisi karbon.
Menurut Dyah, Dinas Ketahanan Pangan Jateng bersama stakeholder terkait telah melakukan uji coba produksi beras rendah karbon di sejumlah kabupaten.
Selain itu juga, melakukan pendampingan kepada kelompok tani yang sedang berproses menuju pertanian organik.
“Jadi hulunya kita dorong untuk memproduksi beras organik. Selain itu, mesin penggilingnya juga kita dorong untuk beralih dari berbahan solar ke energi listrik. Ini yang akan kita genjot terus,” ucap Dyah. (Bud)