Merefleksi Hari Sumpah Pemuda, Bagaimana Terus Menyalakan Semangat Persatuan Indonesia & Patriotisme Para Pemuda dalam Konteks Kekinian?

Semarang, Idola 92.6 FM – Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda sebuah momen penting yang menandai ikrar pemuda Indonesia pada 1928 untuk bersatu demi tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia. Tahun ini kita memasuki peringatan Sumpah Pemuda yang ke-96 tahun. Kita pahami bersama bahwa Sumpah Pemuda bukan hanya peristiwa sejarah tetapi juga simbol persatuan dan kebangkitan pemuda Indonesia dalam melawan penjajahan.

Di tahun 2024 ini, peringatan Sumpah Pemuda mengangkat tema “Maju Bersama Indonesia Raya” untuk mengajak seluruh pemuda Indonesia tetap berjuang dan berkolaborasi dalam berbagai bidang demi kemajuan bangsa.

Pada 96 tahun lalu, para pemuda mengucap ikrar: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar dan kata-kata para pemuda kala itu serupa mantra dan doa yang mampu menjadi spirit dan energi besar serta mendorong segenap lapisan bangsa untuk bergerak, bersatu padu, demi mewujudkan cita-cita, Indonesia merdeka.

Sejarah telah menunjukkan Pemuda selalu menjadi lokomotif yang menarik kemajuan bangsa. Bahkan sejarah itu sendiri, sejarahnya para pemuda yang menggagas, mempersiapkan dan memproklamirkan lahirnya negara Indonesia.

Maka, merefleksi Hari Sumpah Pemuda tahun ini, ketika tantangan dan persoalan begitu kompleks; bagaimana terus menyalakan semangat persatuan Indonesia dan patriotisme para pemuda dalam konteks zaman ini? Meminjam tema peringatan tahun ini, bagaimana anak-anak muda “Maju Bersama Indonesia Raya”? Bagaimana menempa daya anak-anak muda masa kini, dalam menyongsong tantangan masa depan?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Founder dan research advisor Youthlab Indonesia, Dr Muhammad Faisal. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya:

Ikuti Kami di Google News