Semarang, Idola 92.6 FM – Hasil survei Litbang Kompas yang dirilis baru-baru ini mengungkap, persentase pemilih bimbang dalam Pilkada Jawa Tengah mencapai 43,1 persen. Hal ini berarti, tim pemenangan dua pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Jateng mesti berupaya mendekati para pemilih bimbang yang jumlahnya cukup besar.
Mengacu pada hasil survei Litbang Kompas terkait Pilkada Jateng yang dilakukan pada 15-20 Oktober 2024, pasangan nomor urut 1, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi, meraih tingkat elektabilitas 28,8 persen. Sedangkan pasangan nomor urut 2, Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen, meraih tingkat keterpilihan 28,1 persen. Angka tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan model tertutup, yakni pilihan jawaban terbatas dan dibacakan kepada 1.000 responden pemilih Jateng. Artinya, pasangan Andika-Hendi unggul tipis atas pasangan Luthfi-Taj Yasin.
Selain itu, hasil survei juga memperlihatkan banyaknya pemilih dari partai-partai politik pengusung Luthfi-Taj Yasin di pemilu lalu yang justru “menyeberang” memilih pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi saat Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah.
Lalu, merujuk pada hasil Survei Litbang ”Kompas” Pilkada Jateng: apakah kebimbangan para calon pemilih terkait dengan kurang kuatnya positioning dan differentiation kedua pasang kandidat? Bagaimana cara meraup suara bimbang ini? Kemudian, apa yang membuat para pendukung KIM Plus “menyeberang” ke Andhika-Hendi?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Dr Edi Santoso (Pengamat komunikasi politik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto) dan Dr Teguh Yuwono (Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro Semarang). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: