Mengetahui Tanaman Lamun bersama Kepala Pusat Riset Oseanografi BRIN Udhi Eko Hernawan

Udhi Eko Hernawan
Kepala Pusat Riset Oseanografi-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Udhi Eko Hernawan.(Foto; Udhi)
Ikuti Kami di Google News

Jakarta, Idola 92.6 FM – Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan perairan laut terutama di daerah pesisir dan laut dangkal. Lamun seperti tumbuhan rumput, tapi hidup di dalam laut, dan bukan rumput laut.

Sebagaimana rumput yang membentuk padang. Jika di darat ada padang rumput, maka di laut, ada padang lamun. Tumbuhan ini memiliki peran penting dalam ekosistem laut sebagai penyedia habitat dan makanan bagi banyak organisme laut.

“Menjadi sebuah rumah bagi biota laut. Dia mendukung produktivitas perikanan,”ungkap Kepala Pusat Riset Oseanografi-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Udhi Eko Hernawan kepada radio Idola, pagi (22/07) tadi.

Lamun di perairan Pulau Lombok
Lamun di perairan Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat menjadi tempat nyaman bagi ikan-ikan.(Foto: Udhi)

Namun menurut Udhi, ada fungsi yang lebih penting lagi, yang dimiliki lamun. Yaitu fungsi menyerap karbon. Terlebih sekarang ini, isu perubahan iklim tak hanya menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Melainkan menjadi perhatian dunia.

“Tumbuhan lamun ini mampu menyerap karbon di laut. Padang lamun bisa menstabilkan kondisi perairan di sekitarnya sehingga mencegah abrasi laut,”demikan tambah Udhi mengenai fungsi lain tumbuhan lamun.

Meski baru 3-4 tahun terakhir perhatian pemerintah makin meningkat terhadap lamun, tapi hal ini jauh lebih baik. Tidak ada kata terlambat dalam pengelolaan ekosistem laut.

Lamun di perairan Pulau Papua
Lamun di perairan Papua.(Foto: Udhi)

Lalu apa saja yang sudah, sedang dan akan dilakukan BRIN untuk memetakan kebaradaan lamun di Indonesia agar bisa dimanfaatkan memitigasi perubahan iklim?

Selengkapnya, mengetahui lebih banyak perihal tanaman lamun dan fungsinya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Kepala Pusat Riset Oseanografi – BRIN, Udhi Eko Hernawan.(yes/her)

Simak podcast wawancaranya:

Artikel sebelumnyaBazma Pertamina Patra Niaga JBT Beri Santunan Anak Yatim di Semarang
Artikel selanjutnya“Desakralisasi” Jabatan Profesor yang Dilakukan Rektor UII Fathul Wahid, Akankah Ini Menjadi Tradisi Baru di Tengah Gejala “Masyarakat Kredensial”?