Tuban, Idola 92.6 FM – Melihat situasi kebudayaan di wilayahnya, sosok satu ini menghidupkan nilai-nilai lokal di desanya. Menurutnya, hal itu sebagai ikhtiar untuk memperkuat jati diri orang-orang desa.
Sosok itu adalah Eko Hardoyo (56 tahun), perawat budaya lokal dari Desa Sukorejo Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban Jawa Timur. Eko Hardoyo akrab dipanggil Eko Kasmo. Ia bergelut dengan seni karena banyak potensi seni yang ada di desanya. “Ada wayang krucil, wayang tengul, sandur, pencak dor, juga ada sebuah sanggar, yang bergerak di seni tari dan karawitan,”tutur Eko kepada radio Idola pagi (27/02) tadi.
Eko yang juga berdinas di kantor Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban itu menerangkan, latar belakang pendidikan adalah karawitan. Karawitan Tuban untuk mengiringi langeng tayub sangat khas. Berbeda dengan karakter orang Tuban sebagai masyarakat pesisir.
Menurut Eko, ia merawat budaya lokal tak lepas dari peran sang bapak. Kala itu tahun 1978, sang bapak sudah memiliki sanggar seni. ”Cuman waktu dulu itu untuk kelompok karawitan yang untuk iringan ketoprak, wayang dan tayub,”tambah Eko. Lambat laun, Eko dan teman-teman muda yang bergabung dalam sanggar, mendaftarkan Sanggar Seni Ngripto Raras ke Kemenkumham.
Eko bertekad akan terus menghidupkan nilai-nilai lokal untuk memperkuat jati diri desa. Atas dedikasinya, Eko meraih penghargaan katergori kreator musik tradisi dari Gubernur Jawa Timur Sukarwo (2018). Pada HUT RI 2017, ia pun diminta main musik tradisi di Istana Negara Jakarta.
Lalu sejauh mana perkembangan sanggar seni tersebut? Siapa saja yang terlibat?
Selengkapnya, berikut ini, wawancara radio Idola Semarang bersama Eko Hardoyo, perawat budaya lokal dari Desa Sukorejo Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban Jawa Timur. (yes/her)
Simak podcast wawancaranya: