Membaca Situasi Konflik di Kawasan Timur Tengah Pascatewasnya Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh

Benarkah “Genderang” Perang Dunia III Sudah Ditabuh?

Ismail Haniyeh
Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh. (Photo/Istimewa)

Semarang, Idola 92.6 FM – Ketegangan di Timur Tengah makin memanas setelah Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, tewas di kantornya di Teheran, Iran, Rabu (31/07) dini hari lalu. Hal ini terungkap dari pengumuman langsung kelompok penguasa Gaza Palestina itu.

Dalam pengumumannya, Hamas menyebut Haniyeh tewas setelah gedung kantornya diserang oleh pihak Israel. Haniyeh tengah berada di Teheran sejak Selasa kemarin untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran Masoud Pezeshkian dan juga bertemu dengan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Sebelumnya, di awal tahun ini, tiga putra Haniyeh juga tewas dalam serangan udara Israel di Gaza.

Saat ini Hamas masih berperang melawan Tel Aviv setelah milisi Gaza itu menyerbu Negeri Zionis pada 7 Oktober lalu. Pengumuman serupa juga disampaikan oleh Garda Revolusi Iran (IRG). Lembaga itu mengatakan Haniyeh tewas bersama salah satu pengawalnya.

Haniyeh menjadi Kepala Biro Politik Hamas sejak 2017. Sebelumnya, ia sempat menjadi Kepala Hamas di Jalur Gaza serta sempat menjadi Perdana Menteri Palestina. Ia merupakan figur tertinggi dalam kelompok Hamas. Ia diketahui sering berada di luar Gaza untuk menghindari serangan dan blokade yang dilakukan oleh Israel, sembari menjalankan komunikasi dengan beberapa mitra Hamas seperti Qatar dan Iran.

Rusia turut mengutuk pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Iran. Rusia meminta semua pihak untuk menahan diri dari tindakan yang dapat memicu perang besar di Timur Tengah. Serangan Israel ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi yang lebih luas di wilayah konflik yakni di Gaza dan di perbatasan Israel-Lebanon.

Lalu, membaca situasi konflik di Kawasan Timur Tengah pascatewasnya Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Iran setelah diserang Israel; apakah artinya “genderang” Perang Dunia III sudah ditabuh?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia/Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani, Prof Hikmahanto Juwana. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya:

Ikuti Kami di Google News