Membaca Hasil Debat Ketiga Pilpres: Bagaimana Performance dan Penguasaan Materi Masing-masing Capres?

Debat Capres Ke-3
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Calon presiden nomor urut 01 Anies Baswedan, nomor urut 02 Prabowo Subianto, dan nomor urut 03 Ganjar Pranowo Minggu 07/01/2023) lalu, beradu gagasan serta program dalam debat ketiga di Pilpres 2024 yang mengusung Tema; Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik.

Dalam menyampaikan visi misinya, Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto ingin Indonesia menjaga hubungan baik dengan semua negara meski menetapkan prinsip politik luar negeri bebas aktif. Menurut Prabowo, Indonesia harus mengutamakan kepentingan nasional. Dia bertekad posisi Indonesia sebagai negara nonblok harus tetap dipertahankan.

Sementara, Capres nomor urut 1 Anies Baswedan menyinggung nasib anggota TNI yang masih jauh dari sejahtera. Anies juga menyindir anggaran Kementerian Pertahanan sebesar Rp700 triliun yang lebih banyak dihabiskan untuk membeli alutsista bekas. Namun, hal tersebut tak membuat pertahanan Indonesia terjamin lantaran Kementerian Pertahanan yang menjadi ujung tombak justru dibobol hacker.

Sementara itu, Calon Presiden Nomor urut 3 Ganjar Pranowo berjanji akan mengalokasikan anggaran besar kepada Kementerian Pertahanan agar Minimum Essential Force (MEF) atau kekuatan minimum bisa dicapai. Janjinya, besaran anggaran yang digelontorkan untuk mencapai kekuatan tersebut mencapai 1-2 persen dari PDB.

Ganjar mengatakan, anggaran besar diperlukan sebagai antisipasi atas pertarungan global antara Amerika Serikat dan China yang mengemuka belakangan ini. Ganjar mengatakan anggaran besar itu bisa dimanfaatkan untuk mempersakti sistem pertahanan di dalam negeri.

Lalu, membaca hasil Debat Pilpres; bagaimana performance dan penguasaan materi masing-masing capres di bidang Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Nyarwi Ahmad, PhD (Pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi FISIPOL Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS)), Prof Anak Agung Banyu Perwita (Pengamat militer dari Universitas Pertahanan RI (Unhan)), dan Prof. A. Eby Hara (Pengamat Hubungan Internasional dari FISIP Universitas Jember). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya:

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnyaPemprov Gandeng Pemuda Jateng Kampanye Gempur Rokok Ilegal
Artikel selanjutnyaMursida Rambe, Pendiri BMT Beringharjo yang Membebaskan Para Pedagang Kecil dari Jerat Rentenir