Semarang, Idola 92,6 FM-BPS Jawa Tengah mencatat, nilai tukar petani provinsi ini pada Februari 2024 sebesar 121,94 atau naik 3,16 persen.
Hal itu berdampak pada harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani naik 12,09 persen, dan harga gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan naik 8,15.
Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan mengatakan nilai tukar petani pada bulan sebelumnya hanya 118,20, dengan subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan sebesar 4,33 persen dan hortikultura sebesar 3,42 persen. Hal itu disampaikan melalui siaran pers secara daring, kemarin.
Dadang menjelaskan, secara rerata harga gabah di tingkat petani tercatat Rp8.521,84 per kilogram untuk GKG.
Sedangkan untuk GKP di tingkat petani, tercatat R7.626,47 per kilogram.
Menurutnya, baik untuk GKG maupun GKP di tingkat petani bila dibanding pada bulan sebelumnya mengalami kenaikan.
“Kita lihat untuk tingkat penggilingan, secara rata-rata gabah kering giling mengalami kenaikan baik secara month to month maupun secara year on year dan menjadi rata-ratanya sebesar Rp8.621,61. Demikian juga dengan gabah kering panen di tingkat penggilingan, ini secara rata-rata Rp7.775,45. Ini juga mengalami kenaikan, karena HPP gabah kering panen hanya Rp5.100 per kilogram dan gabah kering giling Rp6.200 per kilogram,” kata Dadang.
Lebih lanjut Dadang menjelaskan, pihaknya mencatat ada 208 observasi transaksi penjualan gabah di 28 kabupaten terpilih dengan komposisi terbanyak didominasi GKP sebanyak 49,04 persen dan GKH sebanyak 41,83 persen serta gabah luar kualitas sebanyak 9,13 persen.
Harga gabah tertinggi tercatat di Kabupaten Kebumen untuk varietas Mekongga seharga Rp9.500 per kilogram, dan harga gabah terendah sebesar Rp6 ribu per kilogram varietas Begaluh dan Ciherang di Wonosobo di tingkat petani.
“Kalau di tingkat penggilingan harga gabah tertinggi sebesar Rp9.600 per kilogram di Kebumen varietas Mekongga, dan terendah di Wonosobo untuk varietas Begaluh dan Ciherang dengan harga Rp6.050 per kilogram,” pungkasnya. (Bud)