Semarang, Idola 92,6 FM-Pemprov Jawa Tengah mengajak semua pemangku kepentingan, untuk berkolaborasi meningkatkan produktivitas pangan.
Salah satu upayanya, dengan melakukan pengendalian kerusakan lingkungan dari hulu hingga hilir.
Sekda Sumarno mengatakan produktivitas pertanian tak hanya menjadi tanggung jawab Dinas Pertanian saja, tetapi juga Dinas Pekerjaan Umum bersama pemerintah kabupaten/kota serta instansi lain juga ikut bertanggung jawab. Hal itu dikatakan saat rapat koordinasi wilayah TPID Provinsi Jateng di Hotel Tentrem Semarang, kemarin.
Menurut Sumarno, hal itu dilakukan agar kondisi lahan pertanian dan saluran irigasi maupun persediaan air dan sebagainya terus dijaga dan mendapat perhatian dari berbagai pihak.
Sumarno menjelaskan, dengan demikian dapat memudahkan pelaksanaan Rencana Kerja Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RKPJD) Jateng 2025-2045 guna mewujudkan Jateng sebagai penumpu pangan dan penumpu industri dapat terwujud.
“Berbicara tentang produksi pangan, tentu tidak lepas dari bagaimana menjaga lingkungan. Karena kerusakan lingkungan berdampak luar biasa terhadap produksi pangan. Kalau dua-duanya bisa berkembang, maka potensi yang luar biasa untuk Jateng. Inilah yang harus kita pikirkan bareng-bareng untuk menjaga keseimbangan alam,” kata Sumarno.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Ndari Surjaningsih menambahkan, perekonomian di provinsi ini memang menghadapi berbagai tantangan.
Salah satunya tantangan struktural terkait alih fungsi lahan, yang berdampak terhadap produktivitas pangan utama serta penurunan produktivitas tanaman pangan akibat dampak El Nino.
Ndari menyebut, tantangan lainnya terkait kondisi musiman seperti anomali cuaca berupa kemarau basah atau La Nina yang akan memengaruhi produksi hortikultura seperti cabai dan bawang merah di daerah sentra.
“Akibat dampak tersebut, produktivitas beras di Indonesia masih di bawah negara-negara lain di kawasan ASEAN. Maka diperlukan strategi atau inovasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian Indonesia, termasuk Jateng,” ujar Ndari.
Lebih lanjut Ndari juga meminta seluruh stakeholder terkait, terus mencermati berbagai risiko yang berpotensi meningkatkan inflasi.
Terutama pada kelompok makanan seperti beras, telur dan daging ayam ras. (Bud)