Industri Tekstil Disebut Kalah Saing Karena Hal Ini

Dedi Mulyadi Ali
Dedi Mulyadi Ali, Ketua APINDO Kota Semarang.
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92,6 FM-Industri tekstil dan produk tekstil yang ada sekarang, kebanyakan merupakan perusahaan lama dengan konsep manajemen lama.

Hal tersebut makin dipersulit, karena tidak adanya modernisasi mesin pabrik dan semakin mahalnya bahan baku.

Ketua Apindo Kota Semarang Dedi Mulyadi Ali mengatakan banyak pihak menyebutkan, jika industri tekstil dan produk tekstil sedang dalam fase sunset. Hal itu dikatakan saat ditemui di semua acara di Hotel Gumaya Semarang, baru-baru ini.

Dedi menjelaskan, secara umum industri tekstil di dalam negeri memang sudah lama bermasalah.

Menurutnya, siklus dari industri tekstil memang demikian dan terkadang perusahaan keluarga terkendala generasi berikutnya tidak berminat untuk meneruskan.

Biasanya, industri tekstil yang masih memertahankan mesin-mesin tuanya sudah tidak kompetitif lagi dengan perusahaan baru lainnya.

“Tekstil itu dari hulu ke hilir itu sudah berat. Kan barangnya impor semua kayak kapas, poliester dan biji plastik impor juga. Jadi bebannya itu karena bahannya impor dan harganya jadi mahal. Ditambah lagi mesin-mesin produksi tekstil di dalam negeri sudah tua-tua,” kata Dedi.

Lebih lanjut Dedi menjelaskan, dengan masih memertahankan mesin-mesin tua itu maka tidak bisa mengimbangi permintaan pasar yang makin variatif.

Terutama, dalam rangka memenuhi permintaan akan ekspor.

“Pabrik tekstil di Indonesia itu kan mesin-mesinnya juga saya lihat masih banyak mesin tua. Jadi, tidak bisa memenuhi kecepatan dari yang diharapkan konsumen,” jelasnya.

Diketahui, sebanyak 10 pabrik tekstil yang tersebar di wilayah Jawa Tengah gulung tikar.

Perusahaan tekstil dan produk tekstil itu bangkrut, lantaran dampak dari predatory pricing yang menyebabkan industri tekstil dalam negeri kalah bersaing. (Bud)