Semarang, Idola 92,6 FM-Momentum melahirkan sang buah hati, merupakan hal paling dinanti pasangan suami istri.
Namun, tidak demikian dengan Oktaviyaningrum, warga Kampung Krapyak di Kelurahan Biantoro Kabupaten Demak ini.
Saat banjir tengah mengepung wilayah Demak dan termasuk di antaranya adalah kampung tempat tinggalnya, Oktaviyaningrum merasakan perutnya terasa mulas-mulas.
Saat itu, usia kandungannya sudah memasuki sembilan bulan.
Ada dorongan kuat ingin segara ke klinik bersalin, namun di luar rumah banjir menggenangi lingkungan sekitar.
Sang suami saat itu masih bergotong royong bersama warga, mencoba menutup tanggul agar banjir tidak semakin tinggi dan meluas.
Menurut Oktaviyaningrum, begitu suaminya sampai rumah langsung dibawa ke klinik persalinan.
Guna melintasi banjir yang melanda, ia menumpang perahu karet dan dilanjutkan menggunakan mobil menuju klinik.
“Pokoknya penuh tantangan. Tidak menyangka melahirkan pas tanggul jebol. Waktu perjalanan ke klinik air sudah naik lebih dari 15 centimeter,” kata Okta ditemui di lokasi pengungsian di Wisma Halim, kemarin.
Oktaviyaningrum dan suaminya sempat bingung akan pulang ke mana, namun kemudian diputuskan pulang ke rumah bersama bayinya.
Sehari di rumah, ternyata air meninggi dengan cepat dan mengungsi di musala dekat rumah.
“Baru kemudian perangkat kampung menyarankan pindah ke pengungsian Wisma Halim,” jelasnya.
Berada di tempat pengungsian, Oktaviyaningrum tak kesulitan memenuhi kebutuhan bayinya.
Sebagai ibu yang baru saja melahirkan, dirinya mendapat perhatian khusus dari petugas.
Setiap hari kesehatan dan asupan makanan diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu menyusui.
“Pelayanan di sini bagus, terpenuhi semua, kebutuhan bayi sama saya juga. Setiap hari dicek kesehatan. Tensi, semua. Kesehatan bayi juga semua dicek,” ucapnya bahagia. (Bud)