Semarang, Idola 92,6 FM-Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah terus berupaya menekan dan meminimalisir adanya kasus kekerasan di sekolah, sebagai bentuk komitmen Zero Bullying yang sudah dicanangkan pemprov maupun Polda Jateng.
Seluruh anak didik maupun guru pengajar bersepakat, tidak ada lagi tempat untuk kasus kekerasan di lingkungan sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Uswatun Hasanah mengatakan ada 19 sekolah di provinsi ini yang dijadikan pilot project dalam upaya pencegahan perundungan, misalnya di SMAN 1 Klaten dan SMAN 1 Semarang serta SMKN 10 Semarang. Hal itu dikatakan saat ditemui terkait penanganan kasus perundungan di Mapolda, Senin (10/6).
Uswatun menjelaskan, kegiatan zero bullying yang dicanangkan Polda Jateng dianggap turut mendukung edisi Merdeka Belajar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ristek dalam rangka pencegahan perundungan di sekolah.
Sebab, untuk di wilayah Jateng saat ini menduduki peringkat ketiga nasional dari aksi kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Menurutnya, dari contoh kasus kekerasan yang terjadi itu kebanyakan potensinya berasal dari sekolah.
“Dinas Pendidikan melalui platform Ayo Rukun, aksi gotong royong kekerasan di sekolah, dan sinergikan yang dari polda Zero Bullying. Kita sudah ada MoU untuk penanganannya, siapa menangani apa nah ini berkolaborasi. Alhamdulillah ini sudah dimulai sejak 2023 akhir, sehingga semua program bisa berkolaborasi dalam penanganannya,” kata Uswatun.
Lebih lanjut Uswatun menjelaskan, untuk di tingkat provinsi juga telah dibentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di sekolah.
TPPK yang sudah dibentuk itu, sepakat membentuk Satuan Tugas (Satgas) TPPK di jenjang pendidikan dasar (dikdas) maupun pendidikan menengah (dikmen) yang dipimpin bupati/wali kota dan juga kapolres/dandim masing-masing.
“Sekarang semua sekolah di Jawa Tengah sudah membuat praktik baiknya. Yakni mencegah tindak kekerasan verbal maupun non verbal, fisik dan psikis serta seksual,” pungkasnya. (Bud)